Bisnis.com,JAKARTA — Tekanan terhadap pergerakan indeks harga saham gabungan (IHSG) diprediksi akan lebih berat pada sesi kedua Selasa (22/9/2020).
Indeks harga saham gabungan (IHSG) terkoreksi 0,87 persen ke level 4.955,994 akhir sesi pertama Selasa (22/9/2020). Total nilai transaksi saham senilai Rp3,75 triliun dengan 93 saham menguat, 298 terkoreksi, dan 140 stagnan.
Investor asing kembali menekan pasar modal domestik dengan aksi jual. Tercatat, net sell atau jual bersih senilai Rp276,77 miliar oleh investor asing pada sesi pertama.
PT Bank Central Asia Tbk. (BBCA) menjadi sasaran aksi jual senilai Rp160,5 miliar. Selain itu, PT Bank Mandiri (Persero) Tbk. (BMRI) juga ditekan dengan net sell Rp51,2 miliar.
Indeks saham sektor keuangan atau JAKFIN tertekan pada sesi pertama dengan terkoreksi 1,35 persen atau menempati urutan kedua. Sektor saham pertanian menjadi yang paling tertekan dengan amblas 1,89 persen.
Dalam konferensi pers APBN Kita September virtual Selasa (22/9/2020), Menteri Keuangan Sri Mulyani mengungkapkan proyeksi pertumbuhan ekonomi Indonesia diperkirakan minus 2,9 persen—1,0 persen pada kuartal III/2020. Angka itu direvisi dari proyeksi sebelumnya minus 1,1 persen hingga positif 0,2 persen.
Baca Juga
Analis Artha Sekuritas Dennies Christoper Jordan mengatakan revisi proyeksi pertumbuhan ekonomi kuartal III/2020 dari Menteri Keuangan akan semakin menekan IHSG pada sesi kedua. Sektor perbankan menurutnya akan mengalami tekanan.
“Kalau perekonomian susah pasti kredit akan banyak yang macet dan butuh restrukturisasi. Likuiditas bank akan terganggu,” paparnya kepada Bisnis, Selasa (21/9/2020).
Tekanan IHSG tidak hanya berasal dari kabar revisi pertumbuhan ekonomi. Sentimen negatif The Financial Crimes Enforcement Network (FinCEN) Files yang menyeret sejumlah perbankan juga menekan pergerakan indeks.