Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Pekan Kedua PSBB Jakarta, Rupiah Berpotensi Lanjutkan Penguatan Terbatas

Rupiah berpotensi melanjutkan penguatannya meskipun di rentang yang cenderung sempit.
Karyawati menunjukan Uang Rupiah dan Dollar AS di salah satu kantor cabang Bank BNI di Jakarta, Kamis (3/9/2020).  Bisnis/Himawan L Nugraha
Karyawati menunjukan Uang Rupiah dan Dollar AS di salah satu kantor cabang Bank BNI di Jakarta, Kamis (3/9/2020). Bisnis/Himawan L Nugraha

Bisnis.com, JAKARTA - Rupiah diprediksi masih berada di jalur kenaikan pada perdagangan Senin (21/9/2020).

Direktur TRFX Garuda Berjangka Ibrahim mengatakan bahwa rupiah berpotensi melanjutkan penguatannya meskipun di rentang yang cenderung sempit.

“Dalam perdagangan minggu ini, hari Senin, mata uang Garuda masih akan kembali menguat antara 10-50 point di kisaran level Rp14.700-Rp14.780 per dolar AS,” ujar Ibrahim, dikutip Senin (21/9/2020).

Adapun, pada penutupan perdagangan akhir pekan lalu, Jumat (18/9/2020), rupiah parkir di level Rp14.735 per dolar AS, menguat 0,66 persen atau 97,5 poin. Kinerja tersebut menjadi yang terbaik kedua di antara mata uang Asia, tepat di bawah won yang menguat 1,18 persen.

Sementara itu, sepanjang pekan lalu rupiah berhasil bergerak menguat 0,62 persen dan bergerak di kisaran Rp14.733 per dolar AS hingga Rp14.974 per dolar AS.

Padahal, pada pekan lalu tidak sedikit analis dan ekonom yang memperkirakan rupiah dapat menembus level Rp15.000 per dolar AS akibat sentimen penerapan pembatasan sosial berskala besar atau PSBB di DKI Jakarta dan sejumlah data ekonomi yang dirilis pekan lalu.

Ibrahim menilai pengetatan sosial pada sepekan terakhir sebenarnya tidak terlalu berdampak signifikan terhadap aktivitas keseharian warga Jakarta. Di sisi lain, pemerintah juga menggelontorkan sejumlah stimulus agar konsumsi masyarakat terus berjalan.

“Walaupun kita tahu bahwa ada kemungkinan besar pada kuartal ketiga akan terjadi kontraksi (pertumbuhan ekonomi) tapi pemerintah sudah cukup sigap,” ungkapnya kepada Bisnis.

Menurutnya, langkah pemerintah untuk membentuk badan khusus penanggulangan kasus penyebaran Covid-19 yang diimbangi dengan keputusan bank sentral untuk mempertahankan suku bunga acuan cukup bijak dalam hal menjaga pergerakan rupiah tetap stabil di tengah krisis ekonomi global.

Kendati demikian, Ibrahim menilai pelemahan daya beli masyarakat mengakibatkan uang yang beredar saat ini masih kecil dibandingkan dengan periode sebelum pandemi.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Finna U. Ulfah
Editor : Hafiyyan
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper