Bisnis.com, JAKARTA — Tiga hari jelang akhir penawaran, penjualan instrumen Sukuk Negara Ritel seri SR013 telah menembus Rp13 triliun.
Berdasarkan data yang dilansir dari salah satu mitra distribusi daring, per hari Minggu (20/9/2020) siang atau hari ke 24 penawaran, penjualan SR013 telah mencapai Rp13,39 triliun.
Jumlah tersebut telah melewati target kuota yakni Rp12 triliun. Pun, realisasi itu juga telah melampaui penjualan Sukuk Negara Ritel seri sebelumnya yaitu SR012 yang mencapai Rp12,14 triliun.
Sementara itu sisa penjualan tercantum sebesar Rp1,60 triliun, yang berarti target kuota pemesanan saat ini Rp15 triliun, sedangkan masa penawaran masih tersisa tiga hari lagi atau sampai 23 September 2020 pukul 10.00 WIB.
Target kuota pemesanan atau target penjualan ini terpantau terus naik. Saat ini target ada di angka Rp15 triliun, naik dari sebelumnya Rp12 triliun, yang juga telah jauh meningkat dari target awal Rp5 triliun.
Seperti diketahui, pemerintah telah membuka masa penawaran instrumen syariah ini sejak 28 Agustus 2020 lalu. SR013 dapat dimiliki oleh investor dengan minimal pemesanan Rp1 juta dan maksimal Rp3 miliar.
Baca Juga
Adapun, SR013 memiliki tingkat imbal hasil atau kupon 6,05 persen per tahun. Pembayaran kupon dilakukan setiap bulan serta dapat diperdagangkan di pasar sekunder. Seri ini memiliki tenor sepanjang 3 tahun atau jatuh tempo pada 10 September 2023.
Asti Mashita, Staff Seksi Kelembagaan dan Edukasi Publik Kementerian Keuangan, mengatakan bahwa sukuk ritel seri SR013 merupakan salah satu instrumen investasi yang cocok bagi investor pemula, milenial, ataupun individu yang mulai memasuki usia pensiun.
“SR013 sangat cocok untuk investor pemula yang masih belajar, karena jatuh temponya tidak terlalu lama ataupun terlalu pendek yakni 3 tahun,” ujarnya dalam acara sosialisasi yang dilakukan secara daring pada Jumat (11/9/2020).
Asti menjelaskan bahwa sukuk ritel menjanjikan lebih banyak keuntungan apabila dibandingkan dengan deposito. Selain menawarkan imbal hasil yang lebih tinggi, pajak yang berlaku bagi sukuk ritel juga hanya 15 persen, lebih rendah apabila dibandingkan dengan pajak deposito perbankan sebesar 20 persen.
Ia juga berpendapat bahwa sukuk ritel ini menjadi cukup menarik apabila dibandingkan dengan instrumen investasi lain seperti reksadana atau saham karena imbalannya diberikan setiap bulan dengan presentase yang tetap.