Bisnis.com, JAKARTA - Emiten pertambangan mineral, PT Timah Tbk., akan menggenjot volume ekspor di tengah lonjakan harga logam dasar dunia untuk mengakselerasi kinerja di sisa tahun ini.
Sekretaris Perusahaan Timah Muhammad Zulkarnaen mengatakan permintaan timah di sejumlah pasar tujuan ekspor perseroan menunjukkan sinyal pemulihan seiring dengan pembukaan kembali ekonomi negara itu pasca lockdown akibat pandemi Covid-19.
“Untuk penetrasi pasar lain, sampai saat ini belum ada yang baru sekali, tapi pasar-pasar yang sudah ada akan kami maksimalkan, volume ekspornya akan dinaikkan karena demand sudah terlihat mulai pulih, seperti di AS dan China” ujar Zulkarnaen saat dihubungi Bisnis, Rabu (16/9/2020).
Untuk diketahui, pasar tujuan ekspor emiten berkode saham TINS itu antara lain Singapura, Korea, China, Amerika Serikat, India, dan beberapa negara di Benua Eropa seperti, Jerman, Luksemburg, Swiss, dan Belanda.
Sebelumnya, Manajemen Timah sempat berencana untuk membidik perluasan pasar ekspor di Amerika yang sampai saat ini hanya kontribusi penjualannya masih kecil sekitar 7-8 persen dibandingkan dengan benua lainnya.
Adapun, rencana untuk menggenjot volume ekspor itu sebagai salah satu upaya TINS untuk memanfaatkan momentum kenaikan harga timah global sehingga dapat mengakselerasi kinerja perseroan di sisa tahun ini.
Baca Juga
Berdasarkan data Bloomberg, pada penutupan perdagangan Rabu (16/9/2020) harga timah di bursa London parkir di level US$18.275 per ton, naik 0,36 persen.
Harga timah telah bangkit hingga 37,92 persen dari penurunan tajam akibat pandemi Covid-19 ke level terendahnya pada tahun ini di US$13.250 per ton. Sepanjang tahun berjalan 2020, harga telah naik 6,4 persen.
Di sisi lain, TINS akan mempertahankan target produksinya pada tahun ini di kisaran 55.000 ton. Hal itu seiring dengan adanya kendala cuaca dalam beberapa pekan terakhir, seperti angin laut yang cukup kencang sehingga aktivitas penambangan tidak dapat berjalan maksimal.
Kendati demikian, perseroan optimistis target volume produksi tetap dapat tercapai dengan proyeksi produksi pada akhir kuartal tahun ini di kisaran 5.000 ton per bulan.
Adapun, hingga juli 2020, emiten berpelat merah itu telah memproduksi bijih timah berkisar 32.000 ton dan logam timah berkisar 35.000 ton.