Bisnis.com,JAKARTA— Tekanan yang akan dihadapi oleh Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) imbas pemberlakukan pembatasan sosial berskala besar ketat untuk wilayah DKI Jakarta diprediksi akan lebih ringan dibandingkan dengan periode Maret 2020.
Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan mengumumkan pemberlakuan pembatasan sosial berskala besar (PSBB) ketat untuk wilayah DKI Jakarta mulai Senin (14/9/2020). Pemerintah Provinsi menyatakan fokus PSBB kali ini untuk untuk mengatasi peningkatan penularan Covid-19 di kawasan perkantoran.
Kepala Riset MNC Sekuritas Edwin Sebayang telah memperkirakan bentuk PSBB jilid kedua tidak akan seperti periode Maret 2020. Selain itu, terdapat sejumlah perbedaan kondisi dibandingkan dengan 6 bulan lalu.
Edwin menyebut sudah banyak paket stimulus yang diluncurkan dalam 6 bulan terakhir. Dengan demikian, dampak penerapan PSBB tidak seberat awal penyebaran pandemi Covid-19.
Penyerapan anggaran paket stimulus menurutnya juga sudah cukup besar. Selain itu, beberapa vaksin sudah ditemukan.
“Mengetahui hal tersebut, seharusnya dampaknya akan kecil ke market ketimbang bulan Maret 2020 sehingga IHSG tidak akan jatuh sedalam Maret 2020. Terakhir, pengalaman setelah diberlakukannya relaksasi PSBB, IHSG menguat cukup tajam,” paparnya kepada Bisnis, akhir pekan lalu.
Baca Juga
Berdasarkan data Bloomberg, IHSG menyentuh titik paling dalam sepanjang 6 bulan terakhir di level 3.937,632 pada 24 Maret 2020. Setelah posisi itu, pergerakan coba terus merangkak naik hingga kembali ke level 5.000 pada 8 Juli 2020.
Dua bulan selanjutnya, IHSG mampu bertahan di atas 5.000 meski belum mampu menyentuh 5.500. Koreksi terbesar hanya sebesar 2,78 persen ke posisi 5.006,223 pada perdagangan 3 Agustus 2020.
Namun, pertahanan akhirnya jebol pada sesi perdagangan Kamis (10/9/2020) atau setelah Gubernur DKI Jakarta mengumumkan untuk mencabut PSBB transisi. IHSG amblas 5,01 poin ke level 4.891,461 akhir perdagangan.
IHSG mampu unjuk gigi pada perdagangan Jumat (11/9/2020). Sempat amblas 2,34 persen pada pembukaan, indeks mampu kembali ke zona hijau dan menutup pekan dengan penguatan 2,56 persen atau 125,25 ke level 5.016,712.
Total transaksi saham di seluruh papan perdagangan mencapai Rp14 triliun pada sesi Jumat (11/9/2020). IHSG mampu menguat signifikan dan kembali ke level 5.000 di tengah aksi jual atau net sell investor asing yang mencapai Rp2,26 triliun.
Head Equity Trading MNC Sekuritas Medan Frankie Wijoyo memprediksi pasar akan bergerak volatil. Pihaknya mengharapkan pemerintah akan berkoordinasi agar efek dari PSBB tidak terlalu memukul ekonomi.
“Kalau kami lihat untuk segi inflow mungkin masih belum ya, karena asing saat ini dalam posisi risk off yang artinya mereka cenderung berinvestasi di aset yang lebih defensif,” tuturnya.
Di lain pihak, Pengamat Pasar Modal dari Universitas Indonesia Budi Frensidy memprediksi IHSG cenderung menurun pekan ini. Proyeksi itu seiring dengan laporan kinerja keuangan emiten periode semester I/2020.
“Ini karena laporan keuangan semester I/2020 emiten yang sudah masuk, bottom line umumnya terkoreksi sekitar 42 persen,” jelasnya.