Bisnis.com, JAKARTA — PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk. melaporkan pertumbuhan jumlah penumpang secara month to month pada Agustus 2020.
Direktur Utama Garuda Indonesia Irfan Setiaputra mengungkapkan terjadi kenaikan jumlah penumpang pada kuartal III/2020. Penambahan jumlah yang signifikan menurutnya terjadi pada periode libur panjang Agustus 2020.
Irfan mengatakan semua rute perseroan terisi. Selain itu, emiten berkode saham GIAA tersebut juga membuka beberapa rute baru.
“Agustus 2020 dibandingkan Juli 2020 jumlah penumpang naik sekitar 50 persen,” ujarnya kepada Bisnis, akhir pekan lalu.
Berdasarkan laporan keuangan yang tidak diaudit semester I/2020, GIAA membukukan penurunan pendapatan usaha 58,18 persen secara year on year (yoy) menjadi US$917,28 juta per 30 Juni 2020. Maskapai pelat merah itu membukukan rugi yang diatribusikan kepada pemilik enititas induk US$712,73 juta atau setara dengan Rp10,19 triliun pada semester I/2020.
Manajemen GIAA menjelaskan bahwa Covid-19 memberikan dampak signifikan terhadap kinerja perseroan. Kondisi itu karena pembatasan pergerakan dan penerbangan selama masa pandemi.
Baca Juga
Rerata frekuensi penerbangan turun drastis dari 400 penerbangan per hari menjadi 100 per hari. Jumlah penumpang menyusut hingga 90 persen.
Seperi diketahui, Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan sektor transportasi mulai bergeliat pada Juli 2020. Jumlah penumpang transportasi udara rute domestik sebanyak 1,46 juta orang atau naik 135,74 persen secara month to month (mtm).
Di lain pihak, Analis PT Artha Sekuritas Indonesia Nugroho R. Fitriyanto menilai ada tren perbaikan setelah pelonggaran terkait ketentuan bagi penumpang yang ingin melakukan penerbangan. Dengan demikian, kebijakan itu berdampak terhadap kenaikan jumlah penumpang secara mtm.
“Meskipun memang secara year on year penurunannya masih jauh. Hal ini dapat menjadi sentimen positif untuk emiten penerbangan,” jelasnya.
Nugroho mengatakan kerugian yang saat ini diderita bisa berkurang. Proyeksi itu seiring dengan perbaikan dari sisi okupansi karena kenaikan jumlah penumpang.
“Namun, memang masih jauh dari break even point,” imbuhnya.
Dia meyakini tren perbaikan masih akan terjadi pada semester II/2020. Kendati demikian, perlu diperhatikan kasus Covid-19 yang masih mengkhawatirkan di Indonesia.
“Sewaktu-waktu bisa saja penerapan PSBB diketatkan kembali dan menurunkan permintaan masyarakat atas jasa transportasi udara,” jelasnya.
Dalam riset yang dipublikasikan melalui Bloomberg, Analis PT Sucor Sekuritas Hasan memprediksi permintaan akan tetap rendah dibandingkan dengan tahun lalu. Namun, terlihat pemulihan positif tecermin dari lalu lintas penumpang selama libur Agustus 2020.
Dengan asumsi tidak ada gelombang kedua dan PSBB lagi, lanjut dia, kuartal II/2020 akan menjadi kinerja paling dalam GIAA. Pihaknya telah melihat pemulihan pada Juni 2020 dan akan berlanjut selama sisa tahun ini.
“Potensi puncak pada kuartal IV/2020, liburan hari raya Idul Fitri akan dialihkan menjadi Desember 2020,” ujarnya.
Hasan mempertahankan rekomendasi hold untuk saham GIAA dengan target harga Rp280. Risiko yang digarisbawahi yakni penerapan kembali PSBB, pemerintah tidak mencabut batas harga, kenaikan harga minyak, serta perang harga di pasar kargo.
Berdasarkan data Bloomberg, harga saham GIAA terkoreksi 0,79 persen atau 2 poin ke level Rp252 pada penutupan perdagangan, Jumat (5/9/2020). Pergerakan harga saham masih terkoreksi 49,40 persen secara year to date (ytd).