Bisnis.com, JAKARTA - Indeks saham keuangan yang tercermin lewat indeks JAKFIN melemah pada perdagangan akhir pekan ini seiring tekanan terhadap saham-saham perbankan. Namun demikian, saham sektor perbankan dinilai masih prospektif, ditopang oleh potensi pemulihan ekonomi.
Berdasarkan data Bloomberg, indeks JAKFIN melemah 23,59 poin atau 1,16 persen ke level 1.188. Sejak awal tahun, indeks JAKFIN masih melemah 12,25 persen.
Pelemahan indeks sektor keuangan ini menjadi salah satu pemberat langkah IHSG karena berkontribusi sebesar 57,61 persen terhadap pergerakan indeks.
IHSG pun menutup hari perdagangan dengan depresiasi sebesar 0,78 persen ke leve 5.239. Hanya saham sektor konstruksi yang parkir di zona hijau dengan kenaikan 0,98 persen.
Lebih lanjut, sejak awal tahun ini saham perbankan yang memiliki kapitalisasi pasar terbesar di indeks JAKFIN masih melemah, seperti saham PT Bank Rakyat Indonesia Tbk. (BBRI) memimpin pelemahan sebesar 16,17 persen, saham PT Bank Mandiri Tbk. turun 18,90 persen, dan saham PT Bank Negara Indonesia Tbk. (BBNI) terbenam 31,43 persen.
Dari perbankan swasta, saham PT Bank Mayapada Tbk. (MAYA) dan PT Bank Danamon Tbk. (BDMN) masing-masing turun 31,32 persen dan 29,70 persen.
Baca Juga
Kepala Riset Samuel Sekuritas Indonesia Suria Dharma menilai saham perbankan masih menarik ke depannya ditopang oleh potensi pemulihan ekonomi. Potensi kenaikan saham perbankan pun diharapkan mampu membawa IHSG melaju hingga 5.500 pada akhir tahun.
“Prospek pemulihan ekonomi ke depan, kalau kita percaya pulih, kan tetap harus didukung oleh perbankan,” kata Suria kepada Bisnis, Jumat (4/9/2020).
Menurut Suria, kinerja saham perbankan yang melemah saat ini sudah diperkirakan (priced in) oleh investor. Saat ini, investor tengah mengukur seberapa besar kemungkinan pemulihan ekonomi setelah pandemi.
Walaupun berdasarkan kelompok permodalan bank BUKU IV tercatat memiliki rasio kecukupan modal (capital adequacy ratio/CAR) paling rendah saat ini, Suria menilai hal itu tidak terlalu mempengaruhi minat investor karena nilainya masih terbilang tinggi.
Adapun, penurunan CAR juga disebut Suria tidak serta merta disebabkan oleh tekanan ekonomi tetapi juga karena penyesuaian PSAK 71 pada awal tahun ini. Sebagai informasi, PSAK 71 mengatur soal penghitungan pencadangan di perbankan.
Data Otoritas Jasa Keuangan menunjukkan CAR industri perbankan masih terjaga di level 23,1 persen naik dari Juni 22,59 persen, bahkan lebih tinggi dari regional Asean yang di kisaran belasan persen. Namun, jika dilihat berdasarkan kelompok permodalan, bank BUKU IV memiliki CAR paling rendah yakni 20,17 persen,
Samuel Sekuritas masih merekomendasikan saham 4 perbankan besar seperti PT Bank Rakyat Indonesia Tbk. (BBRI), PT Bank Mandiri Tbk. (BMRI), PT Bank Negara Indonesia Tbk. (BBNI), dan PT Bank Central Asia Tbk. (BBCA).
Selain itu, untuk saham perbankan lapis kedua (second liner) seperti PT Bank BRI Syariah Tbk. (BRIS) juga dinilai menarik karena adanya potensi merger syariah dan aturan Qanun di Aceh. Adapun, harga saham BRIS telah melesat 198,48 persen sejak awal tahun ini.
Sebelumnya, PT Bank BRI Syariah Tbk. menargetkan dapat menyelesaikan konversi aset Bank BRI dalam rangka implementasi Qanun Lembaga Keuangan Syariah (LKS) di Aceh pada akhir 2020.