Bisnis.com, JAKARTA — Emiten telekomunikasi PT XL Axiata Tbk. (EXCL) mencatatkan kinerja yang moncer sepanjang paruh pertama tahun ini.
Berdasarkan publikasi resmi perseroan, emiten bersandi EXCL ini membukukan pendapatan layanan (service revenue) perusahaan di sepanjang semester I/2020 sebesar Rp 12,13 triliun, meningkat 10 persen dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya.
Pendapatan dari layanan data juga terus tumbuh 15 persen dari periode yang sama tahun sebelumnya (YoY), sekaligus meningkatkan kontribusinya terhadap total pendapatan layanan (service revenue) perusahaan menjadi sebesar 91 persen.
Pada enam bulan pertama tahun ini, EXCL juga berhasil meraih EBITDA Rp 6,49 triliun, lebih tinggi 37 persen dibandingkan perolehan semester I/2019. Adapun laba bersih setelah pajak pada semester ini tercatat Rp 1,74 triliun.
Secara kuartal, pada periode kuartal II/2020 ini EBITDA juga berhasil tumbuh 4 persen lebih tinggi dari kuartal sebelumnya, dan laba bersih setelah pajak mencapai sebesar Rp223,80 miliar. Berbeda tipis dibandingkan laba bersih kuartal II/2019 yang sebesar Rp225,20 miliar.
Dari pos pengeluaran, beban usaha EXCL pada semester I/2020 menurun 12 persen dari periode yang sama tahun sebelumnya (YoY).
Baca Juga
Manajemen menyatakan penurunan ini bisa terjadi karena beberapa faktor, salah satunya beban biaya infrastruktur yang lebih rendah 23 persen YoY sebagai akibat dari adopsi IFRS 16. Kemudian biaya pemasaran juga menurun 6 persen YoY karena pergeseran pengeluaran ke digital.
Faktor selanjutnya adalah biaya interkoneksi dan biaya langsung lainnya juga menurun 21 persen YoY, terutama karena interkoneksi yang lebih rendah sebagai akibat dari penurunan lalu lintas suara.
Presiden Direktur & CEO XL Axiata, Dian Siswarini mengakui bahwa meluasnya kebutuhan masyarakat atas akses internet untuk mendukung aktivitas bekerja dan belajar telah menolong perseroan selama masa pandemi Covid-19.
Dia mengatakan trafik pemakaian data memang menjadi meningkat terutama di bulan-bulan awal masa pandemi. Namun, kemudian trafik menjadi melandai karena daya beli masyarakat juga melemah seiring menurunnya kondisi ekonomi secara umum karena terdampak pandemi.
Menurutnya, saat ini belum ada yang tahu sampai kapan wabah ini akan berakhir, sehingga kedepan tentunya tantangan dan tekanan yang akan dihadapi industri telekomunikasi termasuk perseroan tentunya masih akan berat.
“Tentu kami harus tetap optimis dan menyiapkan segala daya upaya untuk mengantisipasi ke depannya,” ujarnya, seperti dikutip Bisnis, Kamis (27/8/2020).