Bisnis.com, JAKARTA - Harga saham emiten pertambangan emas kompak merosot menyusul harga emas yang kian jauh dari rekor tertinggi. Hal ini menjadi antiklimaks setelah pada awal bulan lalu saham-saham emiten emas menjadi buruan investor, dipicu reli harga emas yang menggila.
Berdasarkan data Bloomberg, saham PT J Resources Asia Pasifik Tbk. (PSBA) tercatat mengalami penurunan paling dalam dibandingkan dengan empat emiten emas lainnya. Saham PSAB terkoreksi 3,10 persen ke posisi 250.
Menyusul PSAB adalah PT United Tractors Tbk. yang mengalami penurunan 1,27 persen ke level 23.250. Untuk diketahui, sejak akhir 2019 emiten bersandi saham UNTR itu memiliki bisnis emas setelah mengakuisisi PT Agincourt Resources, pengelola tambang Martabe.
Tiga saham emiten emas lain yang juga lunglai adalah PT Wilton Makmur Indonesia Tbk. (SQMI), PT Aneka Tambang Tbk. (ANTM), dan PT Merdeka Copper Gold Tbk. Ketiga saham tersebut masing-masing turun 1,09 persen, 0,63 persen, dan 0,83 persen.
Dari lima saham emiten emas, hanya SQMI yang mencetak koreksi, yaitu sebesar 6,22 persen. Empat saham lainnya dalam sebulan terakhir tetap mendulang kenaikan berkisar 4,68 persen hingga 15,82 persen.
Untuk diketahui, harga emas turun lagi di tengah ketegangan antara Amerika Serikat dan China yang mulai reda. Di samping itu, progres penanganan Covid-19 yang memicu optimisme juga membuat minat terhadap aset aman seperti emas berkurang.
Berdasarkan data Bloomberg, harga emas di pasar spot jatuh ke level US$1.920,97 per troy ounce atau turun 0,37 persen pada pukul 15.37 WIB.
Adapun, harga emas berjangka Comex untuk kontrak pengiriman Desember 2020 naik 0,05 persen ke posisi US$1.924,10 per troy ounce.
Sementara itu, indeks dolar yang mengukur kekuatan mata uang dolar AS terhadap sekeranjang mata uang utama dunia naik 0,10 persen ke posisi 93,1110/
Untuk diketahui, dalam sebulan terakhir harga emas melandai tajam. Harga emas di pasar spot menyentuh level US$2.063 per troy ounce pada 6 Agustus lalu. Namun, sepekan berikutnya anjlok ke posisi US$1.911 per troy ounce.
"Kami memiliki sedikit optimisme pada hubungan AS-China, sementara ada beberapa optimisme mengenai (pengobatan) virus corona ... jadi, sedikit lebih kecil kebutuhan akan tempat berlindung yang aman," kata David Meger, direktur perdagangan logam di High Ridge Futures seperti dikutip dari Antara.