Bisnis.com, JAKARTA – Harga saham produsen es krim PT Campina Ice Cream Industry Tbk. (CAMP) terpantau melesat hingga menyentuh level auto reject atas atau ARA sejak awal perdagangan Rabu (26/8/2020).
Berdasarkan sumber data Bursa Efek Indonesia, Rabu (26/8/2020), tepat pada pukul 09.35 WIB, harga saham CAMP melesat 24,78 persen atau 56 poin ke level Rp282, sehingga otoritas bursa memberikan stempel auto reject atas untuk saham tersebut.
Nilai transaksi saham CAMP pada hari ini adalah sebesar Rp6,43 miliar yang didominasi oleh aksi jual beli saham oleh pelaku pasar dalam negeri. Adapun, saham CAMP mayoritas ditransaksikan oleh broker Mirae Asset Sekuritas.
Penguatan saham CAMP ternyata tidak terjadi tiba-tiba. Sejak awal pekan ini, saham CAMP perlahan bergerak naik masing-masing pada Senin (24/8/2020) sebesar 1,9 persen dan Selasa (25/8/2020) sebesar 5,61 persen. Selama sepekan terakhir, saham CAMP sudah meroket 35,58 persen.
Es krim amat lekat dengan susu. Begitu juga dengan Campina dan produsen susu PT Ultrajaya Milk Industry & Trading Tbk. Kedua perusahaan ini dimiliki oleh pihak yang sama, yaitu Sabana Prawiradjaja. Sabana yang merupakan Presiden Direktur Ultrajaya memiliki 83,94 persen saham CAMP.
Dua hari silam, saham Ultrajaya melesat hingga menyentuh level tertinggi sepanjang masa berkat kenaikan hingga 19 persen ke posisi 1.965. Sebelumnya, saham Ultrajaya juga menjadi buah bibir di kalangan pelaku pasar karena terjadi transaksi jual oleh PT Indolife Pensiontama.
Baca Juga
Dengan transaksi tersebut, kepemilikan saham atas nama Sabana di KSEI melompat dari 791.675.200 lembar saham atau 6.85 persen menjadi 2.091.675.200 lembar saham atau 18,10 persen.
Untuk diketahui, Majalah Forbes menempatkan Sabana sebagai salah satu orang terkaya di Indonesia. Kekayaan Sabana pada 2019 ditaksir Forbes sebesar US$915 juta, meningkat dari tahun sebelumnya US$640 juta.
Di sisi kinerja fundamental, CAMP terbilang belum mampu mencetak pertumbuhan pendapatan dan laba bersih yang cemerlang hingga semester pertama tahun ini. Hal ini tercermin dari penjualan bersih CAMP yang melorot 8,83 persen secara tahunan menjadi Rp459,02 miliar.
Menurunnya pendapatan diikuti dengan ketidakmampuan perseroan melakukan efisiensi biaya akhirnya membuat laba bersih setelah pajak CAMP juga ikut tergerus 52,98 persen secara tahunan menjadi Rp14,93 miliar.