Bisnis.com, JAKARTA – PT Kino Indonesia Tbk. (KINO) berharap pertumbuhan penjualan dan laba bersih setidaknya mampu mencetak angka yang sama seperti tahun sebelumnya.
Direktur Keuangan Kino Indonesia Budi Muljono mengakui kondisi yang sangat berat akibat pandemi Covid-19 membuat perseroan akhirnya merevisi target pertumbuhan penjualan sebesar 15 persen dan laba bersih sebesar 30 persen dibandingkan kinerja keseluruhan tahun 2019 lalu.
“Begitu ada Covid-19 semua berubah. Apalagi faktanya kami di semester satu ini mencatat pertumbuhan (penjualan) negatif 1,3 persen. Jadi bisa dibilang target tersebut tidak mungkin untuk keadaan seperti ini,” ungkap Budi dalam paparan publik, Rabu (26/8/2020).
Budi mengakui bahwa bisnis makanan dan minuman memang sangat terpengaruh akibat pandemi. KINO sendiri memiliki portofolio produk makanan dan makanan hewan yang mengalami pertumbuhan yang cukup pesat pada kuartal pertama sebelum akhirnya menurun pada periode kuartal kedua tahun ini.
“Segmen snack memang kita banyak jual untuk anak sekolah. Padahal selama pandemi, sekolah ditutup sehingga sangat terpengaruh,” sambungnya.
Dengan demikian, perseroan tetap akan fokus pada penjualan produk yang tengah digandrungi oleh masyarakat seperti hand sanitizer, sabun cuci tangan, pencuci botol bayi dengan pertumbuhan pendapatan yang masih positif hingga saat ini.
Baca Juga
Ia menerangkan daya beli masyarakat belum pulih tercermin dari data Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) yang belum kembali ke masa sebelum pandemi sehingga prospek dari bisnis makanan dan minuman menurutnya akan sangat bergantung pada kecepatan pemulihan ekonomi.
Budi menyebutkan bahwa perseroan tengah fokus pada pertumbuhan penjualan internal dengan portofolio 30 brand dari produk yang dimiliki KINO saat ini. Hal ini membuat perseroan belum memiliki target untuk melakukan ekspansi anorganik dalam waktu dekat. Namun, perseroan masih membuka diri terhadap kesempatan bila mendapatkan penawaran yang baik ke depannya.
Adapun, perseroan mencanangkan belanja modal Rp350 miliar – Rp400 miliar hingga akhir tahun 2020 yang sebagian besar diperuntukkan bagi peningkatan kapasitas produksi untuk produk existing yang diharapkan akan bertumbuh lebih besar lagi ke depan.