Bisnis.com, JAKARTA - Lembaga pemeringkat Fitch memangkas rating atau peringkat utang PT Waskita Beton Precast Tbk seiring dengan potensi penurunan arus kas dan fleksibilitas keuangan perusahaan.
Berdasarkan laporan Fitch yang dikutip Bisnis, Selasa (25/8/2020) peringkat Waskita Beton diturunkan dari BB menjadi CCC- dan dimasukkan pada daftar Rating Watch Negatif. Fitch juga menurunkan peringkat nasional program obligasi tanpa jaminan WSBP sebesar Rp2 triliun dan obligasi yang diterbitkan di bawah program tersebut ke CCC- dari sebelumnya BB.
“Peringkat nasional ‘CCC’ menunjukkan bahwa risiko gagal bayar yang sangat tinggi relatif terhadap emiten atau surat utang lain di Indonesia,” demikian kutipan laporan Fitch.
Penurunan peringkat ini mengikuti induk usaha PT Waskita Karya (Persero) Tbk yang ratingnya juga dipangkas dari BBB ke B atas pelemahan likuiditas dan risiko pembiayaan kembali yang lebih tinggi. Masuknya WSBP dalam daftar Rating Watch Negatif juga merupakan cerminan dari perusahaan induk.
Salah satu penyebab penurunan peringkat WSBP adalah potensi pelemahan arus kas. Likuiditas WSBP menurun di balik lambatnya penyelesaian proyek dan tantangan pengumpulan kas dari pemilik proyek.
Hal ini pada akhirnya akan menyebabkan arus kas operasional yang tertekan untuk WSBP karena termin pembayaran kepada pembeli memanjang, terlepas dari penyelesaian proyek.
Baca Juga
Tantangan atas sulitnya koleksi kas dari pemilik proyek telah mengakibatkan penerimaan dari pembeli yang jauh lebih rendah, sebesar Rp1,6 triliun pada semester I/2020 atau turun hampir 60 persen dari Rp3,8 triliun pada semester I/2019.
Arus kas operasional berada pada level negatif Rp240 miliar pada paruh pertama tahun ini setelah penyesuaian atas dampak penerimaan restitusi Pajak Pertambahan Nilai satu kali sebesar Rp416 miliar.
Selain itu, penurunan order book WSBP yang diperkirakan akan berlanjut juga menjadi faktor tambahan. Fitch memperkirakan order book WSBP akan tetap berada di bawah tekanan hingga akhir 2021 karena kontrak baru tidak akan pulih secara signifikan pada 2020 dan 2021.
Pencapaian kontrak baru diperkirakan tidak akan kembali ke level 2018-2019 di kisaran Rp6,5 triliun pada akhir 2020, meskipun aktivitas penawaran untuk proyek baru akan dimulai kembali pada paruh kedua tahun 2020 setelah pembatasan sosial mereda dan operasional bisnis kembali normal.
Hingga saat ini, WSBP baru memperoleh tambahan kontrak baru sebesar Rp31 miliar, menurun lebih dari 70 persen dibandingkan catatan pada semester I/2019 sebanyak Rp3,2 triliun. Akibatnya, order book menurun menjadi Rp5,6 triliun dari Rp12,6 triliun pada semester I/2019.
Faktor-faktor tersebut juga akan berdampak pada berkurangnya fleksibilitas keuangan perusahaan. Tambahan likuiditas dan fleksibilitas keuangan WSBP bergantung atas kesediaan bank-bank untuk memperpanjang fasilitas modal kerja, yang diperbaharui setiap tahun.