Bisnis.com, JAKARTA - Harga minyak mentah kembali jatuh pada akhir perdagangan Jumat (Sabtu pagi WIB), karena pemulihan ekonomi di seluruh dunia terhambat karena akibat lockdown akibat virus corona dan kekhawatiran tentang meningkatnya pasokan.
Harga minyak mentah berjangka Brent untuk pengiriman Oktober turun 55 sen atau 1,2 persen menjadi ditutup pada 44,35 dolar AS per barel. Sementara itu, harga minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI) untuk pengiriman Oktober berkurang 86 sen,atau 1,1 persen, menjadi menetap di 42,34 dolar AS per barel.
Harga minyak Brent turun sekitar satu persen untuk pekan ini, sementara minyak WTI mencatat kenaikan mingguan hampir persen.
Pemulihan ekonomi zona euro dari rekor penurunan terdalam terhenti bulan ini karena permintaan terpendam yang dilepaskan saat pelonggaran penguncian pada Juli menyusut, sebuah survei menunjukkan. Sebaliknya, data survei perumahan dan manufaktur AS lebih baik dari yang diperkirakan.
Impor minyak mentah India turun pada Juli ke level terendah sejak Maret 2010, sementara para pengendara AS berkendara 13 persen lebih sedikit pada Juni dibandingkan tahun sebelumnya, menurut Departemen Perhubungan AS.
Perusahaan minyak nasional Libya mengatakan dapat memulai kembali ekspor minyak setelah pemerintah negara Afrika Utara yang diakui secara internasional di Tripoli mengumumkan gencatan senjata, yang semakin menekan harga minyak.
Baca Juga
“Ini adalah pasar yang tidak mampu menyerap barel tambahan,” kata John Kilduff, mitra di Again Capital LLC di New York. “Meskipun saya senang mereka mencapai kesepakatan damai, itu bermasalah untuk situasi pasokan global dan itu adalah bagian besar dari aksi jual hari ini.”
Barel tersebut akan menambah produk dari OPEC+, yang terdiri dari Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak dan sekutunya, termasuk Rusia. Kelompok tersebut telah difokuskan untuk memastikan anggota yang telah memproduksi berlebihan bertentangan dengan komitmen mereka akan memangkas produksi.
Sebuah laporan internal yang dikutip Reuters, menunjukkan kelompok itu menginginkan kelebihan pasokan antara Mei dan Juli dikompensasi dengan pemotongan bulan ini dan berikutnya.
Laporan tersebut juga menunjukkan OPEC+ memperkirakan permintaan minyak pada 2020 turun 9,1 juta barel per hari, dan sebanyak 11,2 juta barel per hari jika ada kebangkitan kembali infeksi virus corona.
“Jumlah rig minyak dan gas alam AS, indikasi pasokan di masa depan, meningkat minggu ini untuk pertama kalinya sejak Maret,” demikian pernyataan dari perusahaan jasa energi Baker Hughes Co.