Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Reli Empat Bulan, Bursa Asia Bersiap Keluar dari Zona Merah Tahun Ini

Sektor energi dan bahan baku telah memimpin penguatan indeks dari level terendah pada Maret karena investor bertaruh pada pemulihan dalam aktivitas bisnis di tengah pencabutan lockdown secara bertahap di seluruh wilayah.
Bursa Saham Korea Selatan./ Seong Joon Cho - Bloomberg
Bursa Saham Korea Selatan./ Seong Joon Cho - Bloomberg

Bisnis.com, JAKARTA – Perlahan tapi pasti, bursa saham di Asia Pasifik mulai mendaki tangga keluar dari jurang pelemahan yang diakibatkan wabah virus corona karena pemulihan terus meningkat.

Berdasarkan data Bloomberg, indeks MSCI Asia Pacific menguat 0,4 persen ke level 170,99 pada pukul 09.03 waktu Tokyo, bersiap untuk menghapus pelemahan tahun ini.

Indeks tersebut terus menguat dalam empat bulan berturut-turut. Sektor energi dan bahan baku telah memimpin penguatan dari level terendah pada Maret karena investor bertaruh pada pemulihan dalam aktivitas bisnis di tengah pencabutan lockdown secara bertahap di seluruh wilayah.

Bursa saham di Asia telah rebound setelah aksi jual yang menggerus kapitalisasi pasar hampir US$6 triliun, sebagian besar berkat reli saham China yang menempati peringkat di antara yang terbaik di dunia.

Di sisi lain, momentum penguatan kini mulai goyah karena sejumlah negara di Asia mencatat kebangkitan kasus virus corona. Secara global, jumlah kasus terkonfirmasi hingga saat ini telah melampaui 20 juta.

Indeks Asia Pasifik tetap sekitar 9 persen di bawah level tertinggi sepanjang masa yang dicapai pada Januari 2018. Indeks tersebut terus tertinggal dari Indeks S&P 500, yang naik 4,6 persen tahun ini dan didorong oleh reli saham teknologi. Sementara itu, bursa Eropa tertinggal jauh di belakang dan masih turun 10 persen pada tahun 2020.

Analis pasar IG Asia Pte Jingyi Pan mengungkapkan jika tidak ada peningkatan ketegangan perdagangan AS-China, indeks mungkin akan mempertahankan reli dengan kinerja pasar Asia Utara yang relatif lebih baik.

“Pendakian ke rekor tertinggi akan berjalan lambat mengingat proyeksi lambatnya pemulihan permintaan dan meningkatnya volatilitas jelang pemilihan umum AS,” tambahnya, seperti dikutip Bloomberg..

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper