Bisnis.com, JAKARTA- Kendati perdagangan dunia mengalami kelesuan seiring dampak pandemi, emiten yang bergerak di industri dan perdagangan tekstil PT Sejahtera Bintang Abadi Textile Tbk (SBAT) terus meningkatkan fasilitas produksinya dengan membeli mesin baru senilai Rp87 miliar.
Mesin tersebut rencananya akan menambah kapasitas SBAT hingga mencapai 100% dari kapasitas produksi saat ini yang mencapai 20.000 ton per tahun. Sebelumnya, saat bulan April lalu, SBAT juga membeli mesin baru Open End Machine dan Finisher Drawframe setelah menghimpun dana sebesar Rp44,62 miliar melalui IPO.
“Dana 78,55 persen dari IPO kemarin itu sudah digunakan untuk melakukan peremajaan mesin. Kini, setelah di kuartal kedua membukukan keuntungan, kami akan mendatangkan mesin baru lagi dengan nilai Rp87 miliar. Kami sudah melakukan DP,” kata Direktur Utama Sejahtera Bintang Utama Textile, Jefri Junaedi seperti dikutip dari siaran pers, Rabu (5/8/2020).
Perusahaan, kata Jefri, berharap mesin baru ini akan membuat pendapatan SBAT meroket di Q3-Q4. “Saat ini kami sudah masuk di pasar Afrika Selatan dan Amerika Latin yaitu di Uruguay. Dia dua tempat ini, permintaan untuk benang open end terus meningkat, jadi kami butuh meningkatkan kapasitas produksi,” tambah Jefri. Selain dua tempat itu, SBAT juga sudah masuk ke pasar Rusia, Ukraina, Bangladesh dan Korea Selatan.
Menurut Jefri, penjualan di pasar Eropa beberapa bulan lalu menurun karena sebagian negara di benua itu melakukan lockdown. “SBAT mengalihkan ekspornya ke Negara-negara yang tidak mengalami lockdown seperti ke Korea Selatan, Bangladesh, hingga Malaysia. Tapi saat ini, pasar Eropa mulai menggeliat kembali. Begitu juga dengan Malaysia yang memang tujuan utama ekspor kami,” tambahnya.
SBAT merupakan salah satu perusahaan penghasil benang hasil daur ulang (recycle) bahan tekstil terbesar di Indonesia. Ada dua jenis benang yang dihasilkan perusahaan ini, yakni open end dan ring spinning. Benang open end biasanya digunakan para pelanggan SBAT untuk bahan baku pembuatan sarung tangan, lap meja, hingga kain pel. Sementara benang ring spinning biasanya digunakan untuk bahan baku kain.
Tahun lalu, Jefri memproyeksikan pendapatan bersih SBAT mencapai Rp 318 miliar. Untuk tahun ini, ia masih optimistis SBAT mampu mempertahankan kinerjanya kendati penyebaran virus corona memukul ekonomi dunia. “Semua pelaku dunia usaha tentunya berharap pandemik akan selesai agar ekonomi bisa kembali normal. Kami sendiri optimis pasar ekspor akan terus meningkat, terutama saat ini permintaan permintaan benang untuk kebutuhan sarung tangan dan alat kebersihan rumah seperti pel terus naik karena orang lebih banyak stay di rumah ujarnya.
Sepanjang 2019, penjualan ke pasar ekspor menyumbang sekitar 30% dari pendapatan SBAT, sementara 70% didominasi oleh penjualan ke pasar domestik khususnya di Pulau Jawa. Melalui peningkatan pasar ekspor, perseroan memiliki visi yaitu untuk menjadi salah satu pemain dalam industri tekstil benang atau open end yang terbaik di dunia. “Kami ingin menjadi perusahaan tekstil asal Indonesia yang mendunia,” harap Jefri.