Bisnis.com, JAKARTA – Pelemahan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) berlanjut pada akhir sesi I perdagangan hari ini, Rabu (29/7/2020).
Berdasarkan data Bloomberg, IHSG menyentuh level 5.101,73 dengan pelemahan 11,26 poin atau 0,22 persen pada akhir sesi I dari level penutupan perdagangan sebelumnya.
Pada perdagangan Selasa (28/7/2020), IHSG berakhir di level 5.112,99 dengan koreksi tipis 0,07 persen atau 3,68 poin.
Indeks bahkan sempat melanjutkan koreksinya hingga ke bawah level 5.100 pada awal perdagangan Rabu. Sepanjang perdagangan hingga akhir sesi I, IHSG bergerak fluktuatif dalam kisaran 5.085,34 – 5.115,65.
Sebanyak 4 dari 9 sektor turun pada akhir sesi I, dipimpin aneka industri (-1,08 persen) dan finansial (-1,00 persen). Lima sektor lainnya parkir di zona hijau, dipimpin barang konsumer (+0,92 persen) dan pertanian (+0,57 persen).
Dari 696 saham yang diperdagangkan di Bursa Efek Indonesia, 158 saham menguat, 207 saham melemah, dan 331 saham stagnan.
Baca Juga
Saham PT Bank Central Asia Tbk. (BBCA) dan PT Bank Mandiri (Persero) Tbk. (BMRI) yang masing-masing turun 1,37 persen dan 2,99 persen menjadi penekan utama IHSG pada akhir sesi I.
Sejalan dengan IHSG, nilai tukar rupiah terpantau melemah 58 poin atau 0,40 persen ke level Rp14.593 per dolar AS pukul 11.09 WIB, setelah berakhir stagnan di posisi 14.535 pada Selasa (28/7).
Indeks saham lainnya di Asia tampak bergerak variatif siang ini. Indeks Topix dan Nikkei 225 Jepang masing-masing melorot 1,01 persen dan 1,00 persen, sedangkan Kospi Korea Selatan turun tipis 0,06 persen pukul 11.51 WIB.
Sebaliknya, indeks Shanghai Composite dan CSI 300 China masing-masing menanjak 1,05 persen dan 1,39 persen, serta Hang Seng Hong Kong naik 0,12 persen.
Dilansir Bloomberg, bursa saham Asia berjuang untuk menentukan arahnya ketika investor menantikan hasil pertemuan kebijakan Federal Reserve AS pada Kamis (30/7/2020) dini hari WIB.
Sementara itu, beberapa perusahaan terbesar di dunia merilis laporan kinerja kuartal II/2020 pekan ini. Investor juga mencari petunjuk tentang apakah banyaknya kasus baru Covid-19 di seluruh dunia akan menggagalkan pemulihan ekonomi.
"Ada cukup rangsangan dan dukungan di pasar dari perspektif kebijakan moneter dan juga dari fiskal. Ini membuat landasan yang bagus di bawah pasar,” ujar Kepala strategi investasi untuk PNC Financial Services Group Amanda Agati.
“Tapi kami juga berpikir akan sangat sulit untuk membuat banyak kemajuan di kondisi ini,” tambahnya.
Pada penutupan perdagangan Selasa (28/7), bursa saham Amerika Serikat anjlok seiring dengan musim laporan keuangan emiten yang mengecewakan di tengah kenaikan kasus infeksi baru virus corona (Covid-19).
Indeks S&P turun 0,65 persen, indeks Dow Jones Industrial Average melemah 0,77 persen, sedangkan indeks Nasdaq Composite terkoreksi lebih dalam sebesar 1,27 persen.
“Dengan Wall Street turun semalam, kurangnya dorongan positif untuk pasar ekuitas di Asia juga bisa menghambat tindak lanjut positif mata uang emerging market Asia,” ujar Kepala ekonomi dan strategi di Bank Mizuho Vishnu Varathan.