Bisnis.com, JAKARTA – Tiga indeks saham utama di bursa Wall Street Amerika Serikat kompak bergerak negatif pada awal perdagangan hari ini, Kamis (23/7/2020), pascarilis data klaim pengangguran.
Berdasarkan data Bloomberg, indeks saham acuan S&P 500 terkoreksi 0,05 persen atau 1,62 poin ke level 3.274,40 pukul 9.55 waktu New York.
Bersama S&P 500, indeks Dow Jones Industrial Average melemah 0,15 persen atau 41,62 poin ke posisi 26.964,22 dan indeks Nasdaq Composite melandai 0,01 persen atau 0,98 poin ke level 10.705,15.
Sebaliknya, dolar AS menguat setelah rilis data klaim pengangguran secara tak terduga menunjukkan peningkatan pekan lalu, untuk pertama kalinya sejak Maret.
Menurut data Departemen Tenaga Kerja AS yang dirilis Kamis (23/7), klaim pengangguran awal mencapai 1,42 juta orang untuk pekan yang berakhir pada 18 Juli atau bertambah sebanyak 109.000 dari pekan sebelumnya.
Jumlah tersebut lebih tinggi dari proyeksi para ekonom dalam survei Bloomberg yang memperkirakan klaim awal akan mencapai 1,3 juta, dengan kisaran proyeksi antara 1-1,55 juta.
Baca Juga
Data itu mengindikasikan meningkatnya pemutusan kerja (PHK) ketika lonjakan kasus baru infeksi virus Corona (Covid-19) mendorong sejumlah negara bagian untuk menghentikan pembukaan kembali (reopening).
Data lain yang dirilis pekan ini menggarisbawahi potensi pasar tenaga kerja yang memburuk. Survei mingguan oleh Biro Sensus menunjukkan jumlah warga Amerika yang dipekerjakan turun sekitar 6,7 juta dari pertengahan Juni hingga pertengahan Juli.
Kabar tersebut menekan sentimen positif pasar dari serangkaian laporan kinerja korporasi yang solid seperti Tesla dan Twitter.
Saham Twitter menguat setelah melaporkan lonjakan pertumbuhan pengguna harian, sedangkan saham Tesla naik setelah melaporkan hasil yang lebih baik dari estimasi.
Di sisi lain, investor aset berisiko berupaya fokus pada sinyal positif yang muncul dari puncak laporan korporasi dan mengesampingkan meningkatnya ketegangan AS-China.
Meski pandemi Covid-19 sempat menghancurkan aktivitas bisnis, sebagian besar perusahaan mengatakan bisnisnya telah meningkat dalam beberapa pekan terakhir ketika lockdown berakhir.
“Kami memperkirakan reli akan melebar dan kami melihat sisi kenaikan untuk saham pada paruh kedua tahun ini,” ujar Kepala investasi manajemen aset global di UBS AG, Mark Haefele.
“Sebagai pengalokasi aset besar, ada sangat sedikit alternatif untuk pasar saham saat ini,” tambahnya.
Berbanding terbalik dengan bursa AS, indeks Stoxx Europe 600 dan indeks MSCI Asia Pacific kompak naik 0,2 persen masing-masing.