Bisnis.com, JAKARTA— Artha Sekuritas Indonesia memprediksi bahwa pada perdagangan pekan depan indeks harga saham gabungan (IHSG) masih melemah atau sama seperti penutupan perdagangan terakhir.
Seperti diketahui, IHSG pada perdagangan Jumat (17/7/2020) ditutup melemah 0,37 persen ke level 5.079,58. Penekan utama berasal dari sektor properti yang terkoreksi paling dalam yakni 1,23 persen.
Kemudian, sektor finansial yang menjadi penggerak IHSG juga menekan cukup signifikan yakni 1,01 persen. Dengan demikian, dalam sepekan terakhir IHSG ditutup menguat sebanyak dua kali yakni pada Jumat dan Rabu (15/7/2020).
Analis teknis Artha Sekuritas Indonesia, Dennies Christoper Jordan menyebutkan bahwa pelemahan pada perdagangan berikutnya dipengaruhi oleh faktor teknis dan fundamental. Dari sisi teknis, pergerakan IHSG telah mengindikasikan potensi koreksi.
Dalam kondisi tersebut, dia merekomendasikan hold saham beberapa emiten untuk dicermati seperti PT Surya Citra Media Tbk. (SCMA) pada target harga Rp1.350 hingga Rp1.400, PT Pembangunan Perumahan (Persero) Tbk. (PTPP) pada target harga Rp1.080 hingga Rp1.120 serta PT Jasa Marga (Persero) Tbk. (JSMR) dengan target harga Rp4.500 hingga Rp4.550 per saham.
Untuk sektor lainnya, Dennies juga merekomendasikan hold saham PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. (BBRI) dengan target harga Rp3.300 hingga Rp3.350 dan PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk. (BBNI) dengan target harga Rp5.000 hingga Rp5.100 per saham. Sementara itu, dia merekomendasikan spekulatif beli saham PT Waskita Beton Precast Tbk. (WSBP) dengan target harga Rp220 hingga Rp230 per saham.
“Secara teknikal stochastic membentuk deadcross di area overborught,” ujarnya dalam keterangan resmi.
Di sisi lain, dia menilai pergerakan IHSG berikutnya dipengaruhi sikap investor yang masih menanti laporan keuangan periode kuartal II/2020.
Prediksi pelemahan IHSG pada pekan depan pun berarti bisa menggoyah tren penguatan pada dua pekan terakhir yang secara berturut-turut mencatatkan penguatan.
“Pergerakan akan cenderung terbatas karena investor masih wait and see,” katanya.