Bisnis.com, JAKARTA - Bursa Eropa kembali menggeliat seiring dengan kenaikan harga saham di sektor perbankan, konstruksi, dan asuransi. Kenaikan bursa saham di Eropa mengekor euforia di bursa Asia yang juga menguat berkat ekspektasi pemulihan perekonomian.
Indeks Stoxx dibuka 3.314, lebih tinggi dari penutupan sebelumnya di level 3.294. Hingga dua jam setelah pembukaan, indeks Stoxx terpantau naik 1,75 persen ke posisis 3.352. Indeks Stoxx berisi saham-saham unggulan blue chip di seluruh bursa Benua Biru.
Mayoritas indeks saham di Asia ikut menguat, antara lain indeks Nikkei 225 Jepang (+1,83 persen), Kospi Korea Selatan (+1,65 persen), S&P/NZX 20 Selandia Baru (+0,67 persen), dan Taiex Taiwan (+1,74 persen).
Indeks Shanghai Composite dan CSI 300 China bahkan masing-masing melonjak lebih dari 5 persen, sedangkan indeks Hang Seng Hong Kong naik tajam 3,81 persen.
Secara keseluruhan, pasar saham global mengawali pekan ini dengan sentimen positif setelah tulisan dalam media pemerintah China memicu antusiasme pergerakan bullish.
Editorial halaman depan Times Securities China hari ini menuliskan bahwa mengembangkan pasar bullish yang “sehat” pascapandemi Covid-19 kini dipandang lebih penting bagi perekonomian daripada sebelumnya.
Baca Juga
Sementara itu, media sosial China meledak dengan pencarian untuk istilah "buka akun saham". Sentimen bullish juga mengangkat nilai tukar yuan terhadap dolar AS. Sebaliknya, indeks dolar AS melemah.
Indeks MSCI World sekarang ada di level tertinggi sejak awal Juni 2020. Pelaku pasar yakin perekonomian akan kembali pulih sejalan dengan kucuran stimulus dari pemerintah.
Namun, jangan terlalu sumringah. Sebelum pemulihan terjadi dan situasi kembali normal, Goldman Sachs Group Inc telah memangkas perkiraan pertumbuhan ekonomi Ameriak Serikat di kuartal III/2020. Goldman memperkirakan belanja konsumen akan seret bulan ini dan bulan berikutnya.
Namun, para ekonomi yang digawangi Jan Hatzius mengatakan perekonomian bisa saja kembali pulih dengan sejumlah kebiasaan baru, seperti memakai pelindung wajah.
“Kesediaan investor melihat disrupsi saat ini untuk pemulihan yang diantisipasi pada kuartal ini sangat terancam oleh laju infeksi Covid-19 yang terus meningkat,” ujar ahli strategi pasar di CMC Markets Plc. Michael McCarthy, dilansir Bloomberg.