Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Saham Global Melonjak, IHSG Nyaris Ditutup di 5.000

Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) kembali menguat dan ditutup nyaris menembus level 5.000 pada perdagangan hari ini, Senin (6/7/2020).
Pengunjung menggunakan smarphone didekat papan elektronik yang menampilkan perdagangan harga saham di Jakarta, Rabu (22/4/2020). Bisnis/Dedi Gunawan
Pengunjung menggunakan smarphone didekat papan elektronik yang menampilkan perdagangan harga saham di Jakarta, Rabu (22/4/2020). Bisnis/Dedi Gunawan

Bisnis.com, JAKARTA – Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) kembali menguat dan ditutup nyaris menembus level 5.000 pada perdagangan hari ini, Senin (6/7/2020).

Berdasarkan data Bursa Efek Indonesia (BEI), pergerakan IHSG berakhir di level 4.988,87 dengan penguatan 0,3 persen atau 15,07 poin dari level penutupan perdagangan sebelumnya.

Pada perdagangan Jumat (3/7/2020), IHSG ditutup di level 4.973,79 dengan kenaikan 0,14 persen atau 7,01 poin.

Penguatan indeks bahkan sempat berlanjut menembus level 5.000 pada awal perdagangan Senin. Sepanjang perdagangan hari ini, IHSG bergerak dalam kisaran 4.973,49 – 5.009,34.

Sebanyak 7 dari 10 sektor pada IHSG ditutup di teritori positif, dipimpin pertambangan (+1,45 persen) dan pertanian (+0,99 persen). Adapun, sektor properti dan infrastruktur masing-masing turun 0,55 persen dan 0,32 persen, sedangkan sektor barang konsumer stagnan.

Tercatat 226 saham menguat, 185 saham melemah, dan 158 saham berakhir stagnan. Saham PT Bank Central Asia Tbk. (BBCA) dan PT Charoen Pokphand Indonesia Tbk. (CPIN) yang masing-masing naik 1,1 persen dan 7,9 persen menjadi pendorong utama penguatan IHSG.

Sejalan dengan IHSG, nilai tukar rupiah ditutup menguat 32 poin atau 0,22 persen ke level Rp14.490 per dolar AS, setelah berakhir di level Rp14.522 per dolar AS pada Jumat (3/7).

Mayoritas indeks saham di Asia ikut menguat, antara lain indeks Nikkei 225 Jepang (+1,83 persen), Kospi Korea Selatan (+1,65 persen), S&P/NZX 20 Selandia Baru (+0,67 persen), dan Taiex Taiwan (+1,74 persen).

Indeks Shanghai Composite dan CSI 300 China bahkan masing-masing melonjak lebih dari 5 persen, sedangkan indeks Hang Seng Hong Kong naik tajam 3,81 persen.

Secara keseluruhan, pasar saham global mengawali pekan ini dengan sentimen positif setelah tulisan dalam media pemerintah China memicu antusiasme pergerakan bullish.

Editorial halaman depan Times Securities China hari ini menuliskan bahwa mengembangkan pasar bullish yang “sehat” pascapandemi Covid-19 kini dipandang lebih penting bagi perekonomian daripada sebelumnya.

Sementara itu, media sosial China meledak dengan pencarian untuk istilah "buka akun saham". Sentimen bullish juga mengangkat nilai tukar yuan terhadap dolar AS. Sebaliknya, indeks dolar AS melemah.

Indeks MSCI World saat ini berada di level tertinggi sejak awal Juni dan investor memiliki keyakinan pada pemulihan ekonomi yang didukung oleh stimulus pemerintah.

Tapi ada jalan panjang yang harus ditempuh sebelum ekonomi kembali normal. Goldman Sachs Group Inc. memangkas estimasi untuk pertumbuhan AS untuk kuartal berjalan. Selain itu, pengeluaran konsumen dipandang akan mandek bulan ini dan berikutnya.

“Kesediaan investor melihat disrupsi saat ini untuk pemulihan yang diantisipasi pada kuartal ini sangat terancam oleh laju infeksi Covid-19 yang terus meningkat,” ujar ahli strategi pasar di CMC Markets Plc. Michael McCarthy, dilansir Bloomberg.

Senada, Direktur Anugerah Mega Investama Hans Kwee berpendapat lonjakan kasus Covid-19 masih membayangi reopening ekonomi.

“Pelaku pasar dinilai perlu memperhatikan pernyataan Direktur Jenderal Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), Tedros Adhanom Ghebreyesus, bahwa kasus pandemi Covid-19 yang terburuk belum kita rasakan,” tulis Hans dalam risetnya.

Analis Binaartha Sekuritas Nafan Aji mengatakan hijaunya pergerakan IHSG hari ini ditopang oleh optimisme para pelaku pasar akan beberapa data yang akan dirilis dalam waktu dekat.

Beberapa di antara data tersebut seperti indeks keyakinan konsumen (IKK) Indonesia per Juni yang diperkirakan naik dari level 77,8 menjadi 85 serta ISM non-manufacturing PMI Index Amerika Serikat naik menjadi 50,0 dari yang semula 45,4.

“Hal tersebut memberikan optimisme bagi para pelaku pasar bahwa kinerja fundamental perekonomian akan membaik meskipun pandemi Covid-19 masih belum berakhir,” tuturnya kepada Bisnis, Senin (6/7/2020)

Selain itu, tambah Nafan, penguatan pasar hari ini juga diwarnai oleh sentimen positif yang mana pasar mengapresiasi kenaikan peringkat Indonesia oleh Bank Dunia dari lower middle income country menjadi upper middle income country.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Editor : Hafiyyan
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper