Bisnis.com, JAKARTA – Dampak pandemi Covid-19 terlihat benar-benar menghantam emiten restoran PT Fast Food Indonesia Tbk., pemilik gerai waralaba restoran KFC Indonesia.
Berdasarkan publikasi laporan keuangan per 31 Maret 2020, BEI, Selasa (30/6/2020), laba bersih Fast Food turun 89,24 persen menjadi Rp5,41 miliar pada kuartal I/2020. Ada periode kuartal I/2019, emiten bersandi saham FAST itu meraup laba Rp50,31 miliar.
Penurunan signifikan laba bersih perseroan terutama disebabkan penurunan pendapatan 0,83 persen secara tahunan menjadi Rp1,52 triliun; diikuti dengan kenaikan beban pokok penjualan, beban penjualan dan distribusi, beban umum dan administrasi dan beban operasi lainnya.
Adapun, pendapatan dari penjualan makanan dan minuman masih menjadi penopang bisnis perusahaan dengan kontribusi sebesar 98,58 persen, diikuti dengan penjualan konsinyasi CD sebesar 1,36 persen dari total omzet pada periode tersebut.
Di sisi lain, Restaurant Support Center yang berada di Jakarta mendukung perolehan pendapatan terbesar perseroan sekitar 37,23 persen dari total penghasilan pada kuartal pertama tahun ini.
Baik total liabilitas dan total ekuitasnya pun meningkat masing-masing menjadi Rp1,94 triliun dan Rp1,68 triliun, sehingga membuat total aset perusahaan naik 6,33 persen menjadi Rp3,62 triliun dibandingkan dengan periode akhir tahun lalu.
Dalam keterangan peristiwa setelah periode pelaporan, manajemen berpendapat bahwa pandemi Covid-19, membuat perseroan membatasi atau menunda operasi bisnis dan ditambah dengan instruksi dari pemerintah pusat dan/atau daerah untuk menerapkan pembatasan perjalanan, tindakan karantina dan bekerja dari rumah.
“Langkah-langkah dan kebijakan ini telah secara signifikan mengganggu (atau diperkirakan akan mengganggu) aktivitas orang untuk mengunjungi gerai di banyak daerah sebagai dampak dari penerapan kebijakan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) tersebut,” ungkap manajemen.
Sampai dengan Senin (26/6/2020), 36 gerai perseroan yang berlokasi di pusat perbelanjaan tidak beroperasi mengikuti anjuran penutupan sementara. Sedangkan, gerai lainnya tetap mengoperasikan layanan take away, drive-thru, home delivery atau online order dan layanan makan di tempat dan fasilitasnya untuk sementara ditiadakan.
Pada tahap awal wabah tersebut, tingginya tingkat ketidakpastian karena hasil yang tidak terduga dari penyakit tersebut dapat mempersulit untuk memperkirakan dampak keuangan dari wabah tersebut bagi perseroan.
Saat ini, manajemen belum dapat memperkirakan sejauh mana dampak yang mungkin terjadi dari asumsi atau sumber ketidakpastian estimasi lainnya pada akhir periode pelaporan termasuk dampak apapun terhadap pendapatan, arus kas dan kondisi keuangan perseroan.
“Perusahaan juga telah memutuskan untuk menunda pengeluaran modal atas pembukaan gerai baru dan renovasi gerai yang sebelumnya telah dianggarkan,” tutup manajemen.