Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Simak Rekomendasi Saham Mayora (MYOR) di Tengah Tantangan Ekspor Akibat Lockdown

Analis Maybank Kim Eng Sekuritas Willy Goutama mengatakan pembatasan di China akan berdampak bagi kinerja MYOR sampai dengan 2021.
Direktur Utama PT Mayora Indah Tbk. Andre Sukendra Atmadja saat paparan publik di Tangerang, Banten, Rabu (14/6)./JIBI-Abdullah Azzam
Direktur Utama PT Mayora Indah Tbk. Andre Sukendra Atmadja saat paparan publik di Tangerang, Banten, Rabu (14/6)./JIBI-Abdullah Azzam

Bisnis.com, JAKARTA – Pembatasan di sejumlah negara tujuan ekspor PT Mayora Indah Tbk. (MYOR) bakal berdampak bagi kinerja perseroan.

Analis Maybank Kim Eng Sekuritas Willy Goutama mengatakan pembatasan di China akan berdampak bagi kinerja MYOR sampai dengan 2021. Dia merekomendasikan tahan dengan target harga mencapai Rp2.500 per saham.

“Kami lebih optimis pada perkiraan untuk 2021 karena perseroan akan memasuki pasar premium, yang akan berdampak positif bagi pertumbuhan penjualannya. Kami perkirakan harga saham bisa naik sampai Rp2.500,” sebutnya dalam riset (26/6/2020).

Menurutnya pembatasan di China bagian utara akan berdampak bagi distribusi produk MYOR pada kuartal III/2020. Willy memperkirakan penjualan MYOR baru akan pulih pada kuartal IV/2020 dengan efek penjualan musiman yang kuat.

Dia memperkirakan penjualan tahun ini bakal terkoreksi dari psosisi Rp25,02 triliun menjadi Rp23,56 triliun. Dengan begitu laba bersih juga bakal terkoreksi dari posisi Rp3,76 triliun pada 2019 menjadi Rp1,79 triliun.

“Negara ASEAN baru saja membuka ekonomi mereka kembali sedangkan China kemungkinan akan melakukan pembatasan pada kuartal II/2020. Sementara itu keduanya berkontribusi atas 30 persen penjualan ekspor MYOR,” katanya.

Sementara itu, analis Ciptadana Sekuritas Asia Muhammad Fariz merekomendasikan beli MYOR dengan target harga mencapai Rp2.800 per saham. Menurutnya pembukaan ekonomi di beberapa wilayah bakal mendorong permintaan produk konsumsi.

“Kami pikir konsumen memiliki kebiasaan baru karena mereka lebih menyadari betapa pentingnya memiliki disiplin kebersihan dan makan makanan yang baik untuk menjaga kekebalan tubuh mereka,” katanya.

Pada Rabu (29/6/2020) harga saham MYOR ditutup pada level Rp2.260 atau sama dengan penutupan akhir pekan lalu. Saham sempat menyentuh level tertinggi Rp2.270 pada sesi I yang diikuti dengan penurunan ke level terendah Rp2.230. Sebelum perdagangan tutup, saham MYOR kembali rebound.

Sementara itu, manajemen MYOR optimistis kinerja pasar ekspor akan tetap stabil sekalipun beberapa negara menerapkan pembatasan.

Ricky Afrianto, Direktur Pemasaran Global Mayora Indah mengatakan perseroan masih dapat melakukan ekspor ke 100 negara tujuan. Menurutnya meskipun terjadi penutupan akses atau lockdown, MYOR masih dapat menyuplai pasar luar negeri.

“Kendala pasti ada tapi kita tetap bis ekspor dan pemerintah lewat kementerian perdagangan juga membantu. Kendala karena proses di negara yang dituju juga lockdown yang pastinya menghambat. Namun sejauh ini masih bisa teratasi,” katanya baru-baru ini kepada Bisnis.

Ricky menambahkan beberapa produk yang diekspor adalah biskuit, permen, kopi hingga sereal. Menurutnya sekalipun terjadi pembatasan namun belum ada negara yang benar-benar menutup pasar ekspor atau impornya.

“Penutupan total sementara ini belum ada, meski demikian lockdown memang mengganggu proses dan distribusi produk,” ungkapnya.

Namun, berdasarkan laporan keuangan kuartal I/2020, produsen biskuit Roma tersebut mencatatkan penurunan penjualan 10,55 persen menjadi Rp5,38 triliun dibandingkan kuartal yang sama tahun sebelumnya sebesar Rp6,01 triliun.

Meski demikian, perseroan tetap dapat membukukan lonjakan laba bersih 99,72 persen dari Rp466,35 miliar menjadi Rp931,39 miliar. Pertumbuhan signifikan tersebut terutama disumbang oleh laba kurs mata uang asing sebesar Rp605,06 miliar pada kuartal pertama tahun ini.

Sementara itu pada periode yang sama tahun sebelumnya pos tersebut mendeklarasikan rugi hingga Rp61,9 miliar. Sebagai informasi, perseroan juga berhasil melakukan efisiensi tercermin dari penurunan beban pokok penjualan sebesar 12,71 persen menjadi Rp3,72 triliun dan beban penjualan yang terkoreksi tipis 3,9 persen menjadi Rp740,56 miliar.

Ricky berharap dunia usaha bangkit tidak hanya di Indonesia tapi juga di negara lain pada paruh kedua tahun ini. Dengan begitu pasar ekspor bisa kembali beragirah dan lebih baik daripada semester I/2020.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Pandu Gumilar
Editor : Hafiyyan
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper