Bisnis.com, JAKARTA — Moody’s Investors Service menyebut dukungan pemerintah kepada badan usaha milik negara (BUMN) menjadi lebih selektif akibat penyebaran pandemi Covid-19.
Dalam laporan terbaru Senin (29/6/2020), Moody’s mengatakan bahwa dukungan untuk Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Indonesia dari pemerintah Indonesia, dengan peringkat Baa2 stable, akan menjadi lebih selektif akibat Covid-19. Akibatnya, kondisi itu dapat membebani kualitas kredit BUMN.
Moody’s mengatakan dukungan menjadi selektif seiring dengan kebijakan pemerintah yang lebih banyak mengalahkan sumber daya untuk menavigasi perekonomian dalam melewati pandemi Covid-19.
Sebagai cerminan lemahnya dukungan pemerintah, Moody’s telah menurunkan asumsi itu untuk peringkat kredit dua BUMN.
"Kami meninjau asumsi dukungan pemerintah kami untuk BUMN Indonesia yang diperingkat sehubungan dengan default baru-baru ini oleh beberapa BUMN dan dikendalikan. Kami memperkirakan dukungan pemerintah akan lebih terdiferensiasi di seluruh BUMN,” kata Nidhi Dhruv, Wakil Presiden dan Analis Senior Moody’s melalui siaran pers, Senin (29/6/2020).
Lebih lanjut, Vice President and Senior Analyst Moody's Spencer Ng mengatakan diferensiasi muncul ketika pemerintah merasionalisasi sumber daya yang tersedia antara untuk kebutuhan penanganan pandemi Covid-19 dan industri prioritas pendukung.
Baca Juga
Spencer mengatakan dukungan ke depan kemungkinan besar terutama dalam bentuk restrukturisasi utang atau refinancing dengan bank-bank milik negara bukan melalui suntikan ekuitas.
Padahal, ekspektasi injeksi uang tunai langsung ke BUMN ketika dibutuhkan menjadi salah satu pertimbangan asumsi dukungan pemerintah oleh Moody’s sebelumnya.
Moody’s menyebut gangguan akibat Covid-19 telah mengurangi pendapatan dan kemampuan membayar utang BUMN. Lembaga pemeringkat itu menyebut banyak perseroan pelat merah yang memiliki tingkat leverage tinggi setelah melipat gandakan utang dalam empat tahun terakhir.
Adapun, Moody’s juga menyoroti likuiditas sejumlah BUMN telah lemah sebelum adanya wabah Covid-19. Sebagian perseroan pelat merah harus bergantung kepada pembiayaan kembali atau dalam beberapa kasus reprofiling utang.
Sayangnya, Moody’s melihat posisi fiskal pemerintah telah mengurangi kemampuannya untuk mendukung BUMN. Pertumbuhan ekonomi yang lebih rendah, defisit fiskal yang melebar karena pemberian stimulus, serta depresiasi mata uang akan berkontribusi kepada peningkatan beban utang pemerintah sendiri.
Moody’s menyebut BUMN yang akan menerima dukungan pemerintah sangat tinggi yakni perseroan milik pemerintah sepenuhnya atau utang yang dijamin pemerintah seperti PT Perusahaan Listrik Negara (Persero) dan PT Pertamina (Persero). Keduanya saat ini memiliki peringkat kredit Baa2 dengan outlook stabil.
PT Hutama Karya (Persero) juga akan menerima dukungan tinggi karena beroperasi di sektor-sektor penting yang strategis dengan pangsa pasar dominan. Konraktor pelat merah itu juga sepenuhnya masih dimiliki oleh pemerintah.
Sementara itu, Moody’s menilai BUMN yang dimiliki sebagian oleh pemerintah atau yang beroperasi di sektor kompetitif kecil kemungkinannya dalam menerima dukungan. Obligor di sektor itu yakni PT Jasa Marga (Persero) Tbk. dengan outlook negatif dan peringkat Baa3 serta PT Wijaya Karya (Persero) Tbk. dengan outlook negatif dan peringkat Ba3.