Bisnis.com, JAKARTA – Moody’s Investors Services menegaskan kembali peringkat Baa2 untuk peringkat obligor PT Perusahaan Gas Negara Tbk. serta surat utang senior tidak dijamin yang telah diterbitkan oleh perseroan.
Analis Senior Moody’s Abhishek Tyagi menyampaikan bahwa penegasan peringkat tersebut mencerminkan posisi profil keuangan dan kemampuan likuiditas perseroan yang kuat.
“Profil keuangan dan likuiditas perseroan yang kuat diperkirakan dapat mengimbangi potensi pelemahan kinerja dari sisi penurunan permintaan gas dan margin distribusi yang lebih rendah,” katanya dikutip dari riset, Rabu (24/6/2020).
Selain itu, dia menilai dua faktor tersebut juga akan membantu perseroan menghadapi berbagai ketidakpastian, khususnya terkait rencana pemerintah untuk menurunkan harga jual gas ke level US$6/mmbtu.
Kapabilitas PGN dalam menentukan harga jual gas kini memang berada dalam tanda tanya. Pemerintah melakukan intervensi pada tahun lalu untuk menurunkan harga jual gas, kepada sekitar 60 persen pelanggan perseroan.
Hal ini terjadi seiring dengan kontraksi permintaan gas di Indonesia. Dengan demikian, Moody’s memperkirakan hal ini akan menurunkan kemampuan kredit perseroan pada 2020. Namun, secara umum, posisi perseroan masih akan berada di atas batas aman.
Baca Juga
Di sisi lain, profitabilitas perseroan di segmen hulu juga akan terdampak dari sisi penurunan harga minyak dan rencana penghematan belanja modal. Hal ini akan menurunkan kemampuan produksi perseroan.
Metrik kredit PGN diperkirakan akan berada pada level rendah selama 12 bulan—18 bulan ke depan. Posisi rasio retained cash flow (RCF) terhadap utang akan berada di kisaran 15 persen hingga 20 persen. Adapun, rasio interest coverage perseroan akan berada di kisaran 4 kali —4,5 kali.
Di sisi lain, Tyagi menjelaskan peringkat Baa2 mencerminkan posisi standalone credit profile (SCP) perseroan yang bertahan pada peringkat Baa3.
Peringkat itu juga mencerminkan ekspektasi Moody’s terkait kemungkinan adanya dukungan kuat dari pemerintah kepada perseroan saat dibutuhkan. Dukungan itu, kemungkinan besar akan diberikan melalui PT Pertamina (Persero).
Tyagi menjelaskan Moody’s menyematkan outlook stabil terhadap perseroan karena posisi likuiditasnya yang kuat. Perseroan diperkirakan masih memiliki ruang finansial untuk menghadapi tantangan pada tahun ini.
Selain itu, Moody’s memperkirakan PGN akan mampu mempertahankan dominasinya sebagai perusahaan distribusi dan transmisi gas di Indonesia. PGN juga masih akan berperan penting dalam mendukung rencana-rencana strategis pemerintah.
Dia menuturkan peringkat PGN dapat dikerek apabila peringkat sovereign pemerintah Indonesia membaik dan PGN mampu mempertahankan SCP-nya. Namun, diperkirakan hal ini tidak akan datang dalam waktu dekat.
Menurutnya, penurunan peringkat dapat terjadi jika yang terjadi adalah sebaliknya alias peringkat sovereign Indonesia menurun. Penurunan itu hampir dapat dipastikan akan menurunkan peringkat PGN.
Selain itu, peringkat PGN dapat diturunkan apabila ada penurunan profil keuangan secara material. Hal ini akan terjadi apabila rasio utang terhadap kapitalisasi melampaui 60 persen—65 persen, atau rasio RCF terhadap utang turun ke bawah 12 persen.
Sebelumnya, pada Juli 2018 Moody’s Investors Service juga menegaskan peringkat penerbit dan surat utang senior tanpa jaminan PGN di posisi Baa2.