Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

IHSG Merah, Sektor Pertambangan dan Infrastruktur Paling Tertekan

Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) tergelincir dan mengakhiri pergerakannya di zona merah pada perdagangan hari ini, Senin (22/6/2020).
Karyawan di dekat papan elektronik yang menampilkan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di gedung Bursa Efek Indonesia di Jakarta, Kamis (26/3/2020). Bisnis/Dedi Gunawan
Karyawan di dekat papan elektronik yang menampilkan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di gedung Bursa Efek Indonesia di Jakarta, Kamis (26/3/2020). Bisnis/Dedi Gunawan

Bisnis.com, JAKARTA – Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) tergelincir dan mengakhiri pergerakannya di zona merah pada perdagangan hari ini, Senin (22/6/2020).

Berdasarkan data Bursa Efek Indonesia (BEI), pergerakan IHSG ditutup di level 4.918,83 dengan koreksi 0,47 persen atau 23,44 poin dari level penutupan perdagangan sebelumnya.

Pada perdagangan Jumat (19/6/2020), IHSG mampu berakhir di level 4.942,27 dengan kenaikan 0,35 persen atau 17,03 poin.

Sebelum terpelanting ke wilayah negatif, indeks terpantau sempat melanjutkan penguatannya di atas level 4.950. Sepanjang perdagangan hari ini, IHSG bergerak fluktuatif dalam kisaran 4.904,77 – 4.957,67.

Sebanyak 7dari 10 sektor pada IHSG ditutup di zona merah, dipimpin infrastruktur (-1,75 persen) dan pertambangan (-1,67persen). Empat sektor lainnya menguat, dipimpin pertanian (+1,97 persen) dan industri dasar (+0,44 persen).

Tercatat 145 saham menguat, 257 saham melemah, dan 169 saham berakhir stagnan. Saham PT Telekomunikasi Indonesia (Persero) Tbk. (TLKM) dan PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. (BBRI) yang masing-masing turun 2,4 persen dan 1,3 persen menjadi penekan utamanya.

Sejalan dengan IHSG, mayoritas indeks saham di Asia tertekan di zona merah, antara lain indeks Nikkei 225 dan Topix Jepang yang terkoreksi 0,18 persen dan 0,23 persen masing-masing.

Kemudian, indeks Shanghai Composite China melandai 0,08 persen, indeks Hang Seng Hong Kong melemah 0,52 persen, Kospi Korea Selatan melorot 0,68 persen, bahkan indeks S&P/NZX 20 Selandia Baru turun tajam 1,18 persen.

Sentimen pasar tetap rentan terhadap tanda-tanda penurunan ketika pemerintah negara-negara di dunia secara bertahap melonggarkan lockdown dan pembatasan perjalanan guna membangkitkan kembali pertumbuhan ekonomi.

Kendati demikian, di tengah perkembangan positif ini, pemerintah masih berupaya mengendalikan penyebaran virus corona. Di Amerika Serikat, California mencatat rekor peningkatan angka kasus baru dan kasus infeksi di Florida melonjak lebih dari rata-rata secara mingguan.

“Saham tetap secara teknis overbought dan rentan terhadap koreksi atau periode konsolidasi lebih lanjut, tetapi kami terus melihatnya sebagai jeda dalam tren kenaikan,” ujar ahli strategi investasi global di AMP Capital Investors Ltd. Shane Oliver.

“Kekhawatiran tentang gelombang kasus virus corona terus berlanjut,” tambahnya, seperti dikutip dari Bloomberg.

Sementara itu, Associate Director of Research and Investment Pilarmas Sekuritas Maximilianus Nico Demus berpendapat belum ada variabel yang mampu memberi dukungan bagi IHSG untuk menembus level 5.000 sejauh ini, apalagi di tengah kian bertambahnya kasus corona di Indonesia.

“Disarankan agar investor tetap berhati-hati karena pasar akan berubah dengan sangat cepat. Adaptasi akan menjadi salah satu hal yang harus dilakukan agar bisa menunggangi volatilitas dengan baik,” terang Nico melalui riset harian.

Seiring dengan meningkatnya keresahan pasar, harga emas melambung ke level tertinggi dalam tujuh tahun. Harga emas Comex kontrak Agustus 2020 terpantau naik 0,34 persen atau 6 poin ke level US$1.759 per troy ounce pukul 15.19 WIB.

Di pasar mata uang domestik, nilai tukar rupiah ditutup melemah 49 poin atau 0,35 persen ke level Rp14.149 per dolar AS, setelah sepanjang hari bergerak di kisaran 14.107 – 14.174.

Berikut tabel pergerakan indeks sektoral hari ini, Senin (22/6/2020).

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Editor : Hafiyyan
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper