Bisnis.com,JAKARTA — Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) telah menguat 26,4 persen dari level terendahnya 3.911 pada Maret 2020 berkat ditopang oleh sejumlah faktor.
Analis PT Kresna Securities Etta Rusdiana Putra menjelaskan IHSG tertahan di level 5.000. Akan tetapi, laju indeks hingga sesi akhir pekan lalu, Jumat (19/6/2020), telah menguat 26,4 persen ke 4.942 dari posisi terendahnya 3.911 pada 24 Maret 2020.
Etta mengatakan penguatan IHSG itu dipimpin oleh sektor saham industri dasar yang telah bangkit 44 persen. Sektor saham konsumer menyusul dengan 32 persen dan sektor saham keuangan 23 persen.
Dia menyebut ada beberapa faktor yang mendorong penguatan IHSG. Pertama, ekspansi moneter The Federal Reserve.
Neraca Bank Sentral Amerika Serikat (AS) itu mencapai US$7,1 triliun per 17 Juni 2020. Posisi itu naik 70 persen secara year to date dari US$4,2 triliun pada 2019.
“Jumlah stimulus ini jauh lebih besar dibandingkan 2009 yang pada waktu itu membutuhkan waktu 2,8 tahun untuk mencapai angka US$3,0 triliun,” jelasnya melalui riset yang dipublikasikan, Senin (22/6/2020).
Baca Juga
Kedua, masuknya modal asing di pasar modal Indonesia menjadi pendorong laju IHSG. Menurutnya, total dana asing masuk di pasar obligasi mencapai Rp7,2 triliun selama periode April 2020 hingga 17 Juni 2020.
“Hal ini membuat yield obligasi 10 tahun turun menjadi 7,19 persen dari 8,3 persen pada 24 Maret 2020. Dipertahankannya peringkat investasi Indonesia adalah salah satu faktor utama,” paparnya.
Ketiga, respons kebijakan investor terhadap pemerintah yang suportif. Meski penanganan Covid-19 di Indonesia bukan yang terbaik, pemerintah menurutnya mampu meredam penyebaran.
Keempat, Etta menilai penerapan kebijakan moneter yang ekspansif jadi pendorong laju IHSG. Bank Indonesia (BI) menyatakan komitmennya untuk hadir di pasar primer maupun sekunder untuk menjaga likuiditas.
“BI juga telah menurunkan suku bunga menjadi 4,25 persen atau level terendah dalam 14 tahun terakhir,” ujarnya.
Kelima, Kresna Securities memperkirakan BI masih memiliki ruang menurunkan suku bunga meski lebih terbatas. Prediksi itu seiring dengan inflasi yang diperkirakan masih akan rendah.