Bisnis.com, JAKARTA – Bursa saham Eropa melonjak paling tinggi dalam sebulan terakhir pada perdagangan Selasa (16/6/2020), didorong oleh berita rencana stimulus dan meningkatnya penjualan ritel Amerika Serikat.
Berdasarkan data Bloomberg, indeks Stoxx Europe 600 ditutup menguat 2,9 persen, dengan seluruh 19 indeks sektoral berakhir di zona hijau. Indeks sempat melonjak hingga 3,9 persen sebelum sedikit melandai setelah Texas mencatat lonjakan rawat inap dan Beijing menutup sekolah karena kekhawatiran adanya gelombang infeksi baru.
Sektor siklis, atau yang paling sensitif terhadap pertumbuhan ekonomi, memimpin kenaikan, di antaranya sektor perbankan, konstruksi, dan telekomunikasi. Indeks FTSE MIB Italia melonjak 3,5 persen, IBEX Spanyol menguat 3,3 persen, dan DAX Jerman naik 3,4 persen.
Bursa Eropa melonjak mengikuti berita bahwa bank sentral AS, Federal Reserve, memutuskan untuk membeli obligasi korporasi secara terpisah. Pembelian obligasi ini akan dilakukan melalui program Secondary Market Corporate Credit Facility.
Sementara itu, Departemen Perdagangan AS mencatat penjualan ritel melonjak 17,7 persen pada Mei dibandingkan bulan sebelumnya, lonjakan terbesar sejak tahun 1992. Perkiraan median dalam survei Bloomberg terhadap para ekonom memperkirakan kenaikan 8,4 persen di bulan Mei.
Analis senior Swissquote Bank, Ipek Ozkardeskaya mengatakan the Fed membuktikan sekali lagi bahwa mereka memiliki sumber daya tak terbatas untuk mencegah aksi jual pasar dan untuk harga aset secara membengkak demi ekonomi.
Baca Juga
“Rasanya hampir seperti tidak ada yang perlu ditakutkan bagi investor; sebagian besar risiko default sekarang dipikul oleh The Fed,” ungkap Ipek Ozkardeskaya, seperti dikutip Bloomberg.
Indeks Stoxx 600 pekan lalu mengalami penurunan terburuk sejak Maret 2020 di tengah kekhawatiran pemulihan ekonomi yang berjalan lebih lambat dari yang diperkirakan serta peningkatan jumlah infeksi di beberapa negara bagian AS.
Investor global sejak lama telah menjauh dari saham-saham Eropa menyusul ketidakstabilan politik dan kurangnya pertumbuhan ekonomi dan pendapatan riil secara keseluruhan. Tetapi selama sebulan terakhir, mereka telah menggunakan uang mereka yang tersisa untuk membeli saham zona euro, menurut survei dari Bank of America Corp yang dirilis pada hari Selasa.