Bisnis.com, JAKARTA – China berencana melonggarkan aturan penutupan tambang batu bara sebagai upaya menggairahkan perekonomian yang tertekan akibat Covid-19. Dari konsensus analis yang dihimpun Bloomberg, China kemungkinan akan menambah produksi batu bara mulai tahun depan.
Pemerintah China saat ini tengah mempersiapkan rencana prioritas lima tahun dalam bentuk dokumen panduan pengembangan kebijakan dan industri periode 2021—2025.
Dalam beleid tersebut, analis memperkirakan China tidak akan mengeluarkan kebijakan menutup tambang batu bara yang sudah tua seperti pada edisi sebelumnya.
“Kami memperkirakan Pemerintah China akan terus mengelola kapasitas produksi. Tetapi mungkin tidak untuk memangkas produksi karena kami perkirakan permintaan akan meningkat dalam lima tahun ke depan,” kata Zhai Yu, Senior Konsultan di Wood Mackenzie Ltd., seperti dikutip Bloomberg, Selasa (16/6/2020).
Adapun, dalam rencana lima tahun sebelumnya China membuat aturan penutupan tambang batu bara yang sudah tua untuk menjaga level harga. Selain karena alasan lingkungan, pemangkasan produksi tersebut juga akan membantu penambang yang memiliki rasio utang tinggi.
Pada 2016, China menargetkan penutupan tambang batu bara dengan kapasitas 800 juta ton per tahun. Pengurangan tersebut terpenuhi dalam 2 tahun sebelum waktu yang ditargetkan.
Pemerintah China menyebut tambang yang ditutup tersebut nantinya akan digantikan dengan tambang yang lebih besar, aman, ramah lingkungan, dan efisien dengan kapasitas produksi yang lebih besar.
Namun, upaya mengganti tambang yang telah ditutup tersebut ternyata menimbulkan masalah akan keberlanjutan produksi batu bara di China sebagai negara penghasil batu bara terbesar di dunia.
Dengan kondisi tersebut, analis di Wood Mackenzie, Daiwa Capital Markets, dan China Coal Resource memperkirakan China tidak akan menargetkan penutupan tambang batu bara yang sudah tua dalam rencana lima tahun yang berlaku tahun depan.
Hal itu diharapkan dapat mendongkrak produksi dari penambang-penambang kecil dan mengembalikan kemampuan produksi batu bara Negeri Tirai Bambu.
Di sisi lain, harga batu bara termal (thermal coal) untuk pengiriman September ditutup pada level 538 yuan per ton di Zhengzhou Commodity Exchange pada Selasa (16/6/2020) atau masih berada di level terendah selama sepekan terakhir.
Daiwa memperkirakan total kapasitas produksi batu bara China akan meningkat hingga 5 miliar ton per tahun pada 2025 dari level saat ini sebesar 4,1 miliar ton. Peningkatan tersebut akan membantu China memenuhi naiknya permintaan dari sektor pembangkit tenaga listrik domestiknya.
Adapun, Zhai melanjutkan, permintaan batu bara termal China akan terus meningkat dan mencapai puncaknya pada 2026 sebanyak 4,9 miliar to per tahun, atau 11 persen lebih tinggi dibandingkan level saat ini.
Meningkatnya permintaan batu bara sebenarnya bertolak belakang dengan upaya China memerangi isu lingkungan dalam beberapa tahun terakhir. Adapun batu bara termasuk jenis komoditas yang mendapat label tidak ramah lingkungan dan berkontribusi besar terhadap emisi karbon dalam pemanasan global.
China pun sempat berinvestasi untuk sektor energi bersih (clean energy) dan mendorong pertumbuhan ekonominya dari konsumsi masyarakat alih-alih mengandalkan komoditas batu bara. Tahun lalu, China mengurangi penggunaan energi dari batu bara menjadi 57,7 persen atau jauh lebih baik pada 2011 sebesar 70 persen.