Bisnis.com, JAKARTA – Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) menguat 3,53 persen pada perdagangan hari ini berkat penguatan yang terjadi pada sejumlah saham big caps. Kenaikan IHSG mengikuti tren positif Bursa Asia.
Adapun, hingga akhir sesi I, IHSG menguat 3,02 persen atau 145,38 poin menjadi 4.961,72. Terpantau 299 saham menguat, 115 saham koreksi, dan 140 saham stagnan.
Pada penutupan perdagangan sesi II, IHSG menguat 3,53 persen atau 170,12 poin menjadi 4.986,46. Sepanjang hari indeks bergerak di rentang 4.821,47 - 4.989,53 Terpantau 341 saham menguat, 102 saham melemah, dan 144 saham stagnan.
Total transaksi mencapai Rp8,52 triliun dengan volume 697.212 kali transaksi. Investor asing mencatatkan net sell Rp602,46 miliar.
Penguatan IHSG didorong oleh penguatan yang terjadi pada sejumlah emiten berkapitalisasi pasar jumbo di sektor perbankan. PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. (BBRI) memimpin penguatan dengan lonjakan 7,93 persen.
Selanjutnya, saham BBNI menguat 9,76 persen, TLKM naik 3,56 persen, BBCA menghijau 4,73 persen, dan PGAS menguat 12,56 persen.
Baca Juga
Sementara itu, Bursa Asia terus menunjukkan penguatan hari ini seiring dengan kebijakan bank sentral AS, The Federal Reserve (The Fed) yang mendorong optimisme investor ditengah gelombang kedua kenaikan angka kasus positif virus corona.
Dilansir dari Bloomberg pada Selasa (16/6/2020), indeks Kospi Korea Selatan memimpin reli positif bursa Asia pagi ini dengan penguatan 5,28 persen disusul indeks Topix Jepang sebesar 4,09 persen. Sementara itu, kenaikan juga diikuti oleh indeks S&P/ASX 200 Australia sebanyak 3,89 persen.
Adapun, indeks Hang Seng Hong Kong juga turut menikmati penguatan ini sebesar 2,61 persen Adapun indeks berjangka S&P 500 juga naik 0,9 persen.
Faktor kenaikan bursa Asia didorong oleh kebijakan The Fed yang memutuskan untuk membeli obligasi korporasi secara terpisah. Pembelian obligasi ini akan dilakukan melalui program Secondary Market Corporate Credit Facility.
Sebelum digunakan untuk membeli obligasi korporasi, program ini kebanyakan melakukan pembelian exchange-traded funds. The Fed mengatakan program ini akan mengikuti indeks pasar obligasi korporasi AS yang juga telah dirancang secara kilat.
Sementara itu, kenaikan bursa Jepang juga didorong oleh program Bank of Japan yang akan meningkatkan pinjaman kepada perusahaan-perusahaan.
“Jumlah dan kecepatan ekspansi neraca The Fed akan menjadi bantalan untuk pasar modal dunia,” ujar Stephen Gallo, Head of European FX Strategy di BMO Capital Markets.
Penguatan pasar juga terjadi setelah manuver risk-off investor di tengah kenaikan angka kasus positif virus corona di sejumlah lokasi seperi Beijing, Tokyo, dan Florida. Setelah kenaikan pada bulan April dan Mei, investor mulai mempertimbangkan kembali dampak virus corona terhadap kegiatan ekonomi yang belum berjalan sepenuhnya.