Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

IHSG Diprediksi Kembali Uji Level Psikologis 5.000 Pekan Depan

Direktur PT Anugrah Mega Investama Hans Kwee memperkirakan indeks akan berpeluang menguat pekan depan dengan kecenderungan menguat di awal pekan dan berpeluang koreksi di akhir pekan.
Karyawati beraktivitas di sekitar grafik pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di PT Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Kamis (4/6/2020). Bisnis/Arief Hermawan P
Karyawati beraktivitas di sekitar grafik pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di PT Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Kamis (4/6/2020). Bisnis/Arief Hermawan P

Bisnis.com, JAKARTA – Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) diprediksi akan kembali menguji level psikologis 5.000 pada awal pekan depan.

Direktur PT Anugrah Mega Investama Hans Kwee menyatakan pihaknya memperkirakan indeks akan berpeluang menguat pekan depan dengan kecenderungan menguat di awal pekan dan berpeluang koreksi di akhir pekan.

“IHSG bergerak dengan support di level 4.800 sampai 4.712 dan resistance di level 4.969 sampai 5.139,” tulisnya dalam riset, Minggu (14/6/2020).

Menurutnya, sentimen global masih membayangi pergerakan pasar ekuitas Tanah Air seperti kekhawatiran gelombang kedua kasus Covid-19 yang ditandai dengan kenaikan kasus di California,  Texas, dan Arizona di Amerika Serikat.

Kekhawatiran tersebut diperparah dengan aksi demonstrasi protes atas kematian George Floyd yang berpotensi meningkatkan kasus infeksi virus mematikan tersebut.

“Akhir pekan pasar berhasil rebound dari tekanan ditandai naiknya saham perusahaan yang kinerjanya bergantung pada pembukaan kembali ekonomi berhasil menguat dengan harapan gelombang kedua tidak akan parah dan janji tidak ada penutupan ekonomi lagi oleh Menteri Keuangan Steven Mnuchin,” sambung Hans.

Lebih lanjut, The Fed baru-baru ini menyatakan bahwa pemulihan ekonomi membutuhkan waktu dan berpotensi terhadap penurunan ekonomi Amerika Serikat. Bank Sentral Amerika Serikat tersebut akhirnya mengambil tindakan dengan mempertahankan suku bunga dan memperkirakan tidak akan melakukan kenikan tingkat suku bunga hingga tahun 2022.

Di sisi lain, prediksi Organisasi untuk Kerja Sama Ekonomi dan Pembangunan (OECD) dan Bank Dunia menunjukkan bahwa ekonomi masih akan melemah menjadi sentimen negatif bagi pasar.

Dari dalam negeri, kenaikan cadangan devisa memberikan indikasi aliran dana asing kembali ke pasar ekuitas Indonesia ditambah dengan sentimen positif dari masa transisi PSBB.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper