Bisnis.com, JAKARTA - Emiten pertambangan batu bara, PT Bukit Asam Tbk., menegaskan likuiditas perseroan akan tetap terjaga meskipun membagikan dividen dengan rasio hingga 90 persen dari laba bersih.
Direktur Utama Bukit Asam Arviyan Arifin mengatakan bahwa rasio pembagian dividen untuk tahun buku 2019 tersebut tidak akan mengganggu posisi likuiditas perseroan di tengah banyaknya tantangan bisnis saat ini. Hal itu pun didukung oleh kinerja perseroan dalam dua tahun terakhir yang berhasil mencatatkan pertumbuhan cukup baik.
Dia menjelaskan bahwa posisi kas setara kas perseroan per 31 Maret 2020, sekitar Rp7,5 triliun dan masih mampu untuk membayarkan dividen serta membiayai belanja modal atau capital expenditure perseroan tahun ini hingga Rp4 triliun.
“Pembayaran dividend payout ratio ini tidak mempengaruhi posisi likuiditas kami dalam menghadapi pandemi Covid-19 dan masih dapat mendukung ekspansi perseroan untuk menjalankan beberapa proyek,” ujar Arviyan saat konferensi pers secara virtual usai Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan (RUPST), Rabu (10/6/2020).
Untuk diketahui, emiten berpelat merah dengan kode saham PTBA itu membagikan dividen Rp3,65 triliun atau setara dengan 90 persen dari total laba bersih pada 2019 senilai Rp4,05 triliun.
Besaran rasio pembayaran dividen atau DPR itu cukup besar mengingat, realisasi laba bersih PTBA turun 19,24 persen pada 2019 dibandingkan dengan Rp5,02 triliun periode 2018.
Baca Juga
Dengan demikian, nilai yang diterima oleh pemegang saham adalah sebesar Rp316,8 per saham dengan total imbal hasil mencapai 13,5 persen.
Adapun, DPR itu juga disebut sebagai rasio dividen terbesar yang pernah dibagikan PTBA sepanjang sejarah. Bahkan, Arviyan juga menyebutkan bahwa rasio dividen itu merupakan yang terbesar di antara badan usaha milik negara (BUMN) lainnya.
Pasalnya, dalam dua tahun terakhir, perseroan membagikan dividen hanya dengan rasio sebesar 75 persen terhadap laba bersih.
Pada 2018, PTBA membagikan dividen senilai Rp3,76 triliun dengan nilai dividen per share (DPS) sebesar Rp339,63 per saham.
Lalu, perseroan memutuskan membagikan dividen tunai dengan total Rp3,35 triliun atau Rp318,52 per lembar saham untuk tahun buku 2017.
Head of Business Development Sucor Sekuritas Bernadus Wijaya mengatakan bahwa tingginya rasio pembagian dividen PTBA merupakan bukan hal yang mengejutkan bagi sebagian investor.
Pasalnya, PTBA dikenal sebagai emiten yang royal dalam membagikan dividen. Produsen batu bara itu juga masuk ke dalam konstituen IDX High Dividend 20 (IDXHIDIV20).
IDXHIDIV20 beranggotakan 20 saham yang membagikan dividen tunai selama 3 tahun terakhir. Tidak hanya itu, penghuni indeks itu juga dikenal memiliki dividend yield yang tinggi.
Selain itu, salah satu faktor penentuan tingginya DPR itu seiring dengan PT Indonesia Asahan Aluminium (Persero), sebagai pemegang saham terbesar PTBA, membutuhkan dana cukup besar untuk mengakuisisi PT Vale Indonesia Tbk. (INCO).
Dia juga menjelaskan bahwa likuiditas bukanlah masalah untuk PTBA. Posisi DER PTBA saat ini berada di net cash position dan interest coverage ada di 23,9 kali.
“Selain itu, PTBA memiliki demand cukup stabil dari PLN, sehingga dampak tertekannya industri batubara ke PTBA tidak sedalam ke perusahaan batubara lainnya,” jelas Bernadus kepada Bisnis, Rabu (10/6/2020).
Dia merekomendasikan Hold untuk saham PTBA.