Bisnis.com,JAKARTA— Surat berharga syariah negara atau sukuk negara bertenor pendek dan menengah diprediksi akan menjadi incaran investor dalam lelang, Selasa (9/6/2020).
Pemerintah akan kembali melakukan lelang surat berharga syariah negara (SBSN) pada, Selasa (9/6/2020). Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko (DJPPR) Kementerian Keuangan melaporkan akan melelang enam seri sukuk yang terdiri atas seri surat perbendaharaan negara-syariah (SPN-S) dan project based sukuk (PBS).
Lelang itu dilakukan untuk memenuhi sebagian dari target pembiayaan dalam APBN 2020. Target indikatif yang dipasang oleh pemerintah senilai Rp7 triliun. Dalam lelang tersebut, seri SPN-S yang akan ditawarkan yakni SPN-S 10122020 dengan tingkat imbalan diskonto dan jatuh tempo pada 10 Desember 2020.
Selanjutnya, ada lima varian PBS yang ditawarkan yakni PBS-002 jatuh tempo 15 Januari 2020, PBS-026 jatuh tempo 15 Oktober 2024, PBS-023 jatuh tempo pada 15 Mei 2030, PBS-005 dengan jatuh tempo pada 15 April 2043, serta PBS-022 jatuh tempo pada 15 April 2034.
Associate Director of Research and Investment Pilarmas Sekuritas Maximilianus Nico Demus menilai sukuk negara masih menarik untuk dikoleksi. Menurutnya, instrumen itu memiliki volatilitas yang rendah serta kupon yang lebih tinggi dari obligasi konvensional.
“Obligasi ini sangat cocok untuk pelaku pasar yang ingin melakukan strategi buy and hold terlebih lagi sebagai backbone dalam portfolio,” ujarnya melalui riset harian, Selasa (9/6/2020).
Nico memprediksi seri PBS-023 dan PBS-022 akan menjadi primadona. Dua seri itu memberikan warna tersendiri dalam lelang sukuk negara, Selasa (9/6/2020).
“Selain jatuh tempo pendek dan menengah, mereka [PBS-023 dan PBS-022] memiliki tingkat kupon yang lebih tinggi dibandingkan obligasi konvensional,” jelasnya.
Dia menyebut investor dapat fokus mendapatkan sukuk negara dengan harga semurah mungkin. Kendati demikian, pihaknya memperkirakan pemerintah akan sulit memberikan imbal hasil yang tinggi.
Nico memprediksi hari pasar obligasi akan kembali dibuka melemah dengan potensi melemah terbatas. Tren itu melanjutkan pelemahan sesi sebelumnya.
“Sejauh ini kami melihat bahwa kesempatan untuk obligasi untuk menguat akan sedikit tertunda, selain memang posisi pasar obligasi secara teknikal analisa sedang berada dalam posisi trend melemah, pasar saham sedang mendapatkan panggungnya untuk bersinar,” imbuhnya.
Pilarmas Sekuritas melaporkan imbal hasil atau yield surat utang negara (SUN) Indonesia tenor 10 tahun naik 0,13 poin ke level 7,26 persen pada, Senin (8/6/2020). Kenaikan yield juga terjadi untuk SUN Indonesia tenor 5 tahun, 10 tahun, dan 15 tahun.