Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Pembelian Reksa Dana Menyusut Gara-gara Corona

Berdasarkan data OJK, sepanjang Mei 2020 unit penyertaan reksa dana terpantau sedikit menyusut dibandingkan bulan sebelumnya, yakni menjadi 405,71 miliar unit dari yang semula 408,65 miliar unit. Jumlah ini merupakan yang terendah sepanjang 2020.
ILUSTRASI REKSA DANA. Bisnis/Himawan L Nugraha
ILUSTRASI REKSA DANA. Bisnis/Himawan L Nugraha

Bisnis.com, JAKARTA — Jumlah unit penyertaan dan angka transaksi reksa dana menyusut pada Mei 2020 karena Covid-19 membuat minat investasi masyarakat kian tertahan.

Berdasarkan data OJK, sepanjang Mei 2020 unit penyertaan reksa dana terpantau sedikit menyusut dibandingkan bulan sebelumnya, yakni menjadi 405,71 miliar unit dari yang semula 408,65 miliar unit. Jumlah ini merupakan yang terendah sepanjang 2020.

Adapun jumlah transaksi yang terjadi sepanjang periode Mei 2020 tercatat menurun. Jumlah pembelian atau subscription reksa dana sepanjang Mei hanya Rp29,11 triliun, turun dari bulan sebelumnya yang mencapai Rp36,91 triliun.

Sementara untuk penarikan atau redemption juga ikut menurun, menjadi Rp33,01 triliun dari semula Rp36,07. Adapun, jika dilihat berdasarkan data tersebut, pada Mei terjadi net redemption sebesar Rp3,89 triliun.

Head of Market Research Infovesta Utama Wawan Hendrayana mengatakan dari sisi nominal, terlihat bahwa investasi masyarakat ke instrumen reksa dana berkurang dibandingkan masa sebelum pandemi.

Menurutnya, pandemi yang membuat ekonomi lumpuh erbuntut pada prioritas alokasi dana investor, yang mana kini investor lebih fokus untuk memenuhi kebutuhan operasional sehari-harinya terlebih dahulu dibandingkan menaruhnya ke instrumen investasi.

“Gaji mungkin ada yang berkurang atau terhenti, bisnis masyarakat juga banyak terhenti. Jadi mungkin yang biasanya mengalokasikan untuk investasi sekarang minatnya agak berkurang,” tutur Wawan kepada Bisnis, Senin (8/6/2020).

Wawan mengatakan, meski secara kinerja produk reksa dana mulai terus menunjukkan tren menanjak seiring penguatan pasar dalam menyambut kenormalan baru, tidak langsung akan membuat minat investor untuk masuk ke industri reksa dana ikut kembali naik.

“Saya yakin aset yang ada nilainya akan berkembang, tapi apakah minat investasinya akan kembali, itu harus kita perhatikan lagi. Juni ini aktivitas banyak kembali dimulai, itu butuh cost jadi mungkin dana yang ada akan lebih terserap ke sektor riil dulu,” tuturnya.

Dia memproyeksikan jumlah pembelian reksa dana belum akan meningkat dalam waktu dekat. Namun, Wawan meyakini minat investasi akan mulai kembali dalam jangka menengah ketika situasi mulai benar-benar kembali stabil.

“Secara gradual akan bertambah, mungkin baru di Juli atau sampai akhir tahun nanti,” imbuhnya.

Wawan mengaku cukup optimistis kembalinya minat investasi masyarakat akan turut mengerek dana kelolaan reksa dana secara industri, selain dari terangkatnya valuasi aset akibat kinerja positif pasar.

Dia memprediksi setidaknya dana kelolaan reksa dana secara indstri akan mampu kembali menyentuh kisaran Rp500 triliun di akhir tahun 2020 nanti.

“Kalau untuk kembali ke posisi AUM di awal tahun mungkin belum sampai, tapi kalau Rp500 triliun saya rasa bisa,” tutupnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Editor : Hafiyyan
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper