Bisnis.com, JAKARTA – Reli terpanjang mata uang euro dalam hampir satu dasawarsa terakhir meredup bahkan ketika selera investor terhadap aset berisiko mulai kembali.
Dilansir Bloomberg, mata uang bersama Eropa ini menghentikan reli delapan hari berturut-turut pada perdagangan Jumat (5/6/2020), yang terbaik sejak 2011. Euro terpantau melemah 0,15 persen ke level US$1,1321 pada pukul 17.27 WIB.
Sebelumnya, euro sempat menyentuh level tertinggi dalam tiga bulan terakhir di posisi US$1,1384, menguat lebih dari 4,5 persen sejak 25 Mei.
Euro memperoleh dorongan setelah Bank Sentral Eropa (ECB) memperluas program pembelian obligasi darurat untuk melawan dampak ekonomi dari pandemi virus Corona. Namun sementara itu lonjakan terhadap dolar dan rekan-rekan lainnya membawanya melewati level resisten utama, sejumlah analis masih bersikap hati-hati.
"Reli penguatan euro yang dipicu ECB mulai kehabisan tenaga. Kali ini reli euro lebih terpengaruh oleh tren bearish dolar AS daripada ECB," kata analis di ING Bank Petr Krpata seperti dikutip dari Bloomberg.
Kepala Analis Valas Global Citigroup Ebrahim Rahbari menganggap sekarang adalah saat yang tepat untuk melakukan profit taking meskipun ia masih berpandangan bullish terhadap mata uang tersebut.
Baca Juga
Sementara itu, Georgette Boele dari ABN Amro mengatakan terlalu dini untuk mengharapkan reli kuat mata uang euro yang berkelanjutan karena ada pembahasan yang alot mengenai program stimulus Komisi Eropa.
Euro sebagian besar diperdagangkan sejalan dengan melonjaknya pasar saham di tengah optimisme terhadap prospek pemulihan ekonomi global. Sejumlah pihak khawatir bahwa lonjakan minat terhadap aset berisiko baru-baru ini mungkin sudah terlalu jauh, dan hal tersebut dapat membebani mata uang ini.
Pergerakan euro saat ini terlihat senada dengan rebound euro pada awal Maret ketika pulih dari posisi terendah akibat pandemi virus Corona. Saat itu, euro menguat sekitar 5 persen hanya dalam waktu seminggu, diikuti oleh penurunan 3,5 persen hanya dalam hitungan hari.
Namun banyak pengamat tetap teguh dalam pandangan bullish mereka. Trio dari model kuantitatif Societe Generale SA memberi sinyal bahwa euro adalah mata uang kelompok G-10 teratas yang diprediksikan menguat.