Bisnis.com, JAKARTA – Analis memperkirakan harga jual emas bakal terus melemah sedangkan nilai tukar rupiah bakal terus menguat.
Berdasarkan data Bloomberg, nilai tukar rupiah terhadap dolar pada perdagangan hari ini telah menguat 2,22 persen ke level Rp14.095. Namun di sisi lain, harga emas justru terkerek turun 0,50 persen ke US$1.725 untuk jenis Comex dan 0,47 persen ke US$1.719 untuk harga spot.
Padahal sebelumnya rupiah dan emas akan diperkirakan bakal menguat seiring memanasnya situasi ekonomi dan politik di negeri Paman Sam. Kepala Riset dan Edukasi Monex Investindo Futures Ariston Tjendra mengatakan pelemahan emas tidak lepas dari penerapan kenormalan baru (new normal) di sejumlah negara.
Pasalnya hal itu telah memberikan euphoria akan pembukaan aktivitas ekonomi di tengah pandemi. “Rencana new normal di Indonesia memberikan sentimen positif ke aset berisiko. Pelaku pasar seakan tidak mau ketinggalan kereta untuk masuk ke aset berisiko,” katanya kepada Bisnis pada Rabu (3/6).
Menurutnya minat investor terhadap aset berisiko saat ini sedang tinggi maka itu harga emas yang termasuk sebagai aset aman sedikit tertekan. Adapun yang menjadi satu-satunya sentimen positif saat ini adalah stimulus besar bank sentral AS.
Ariston memperkirakan besok Kamis (4/6) harga emas bakal menguji US$1.690 untuk level support dan US$1.740 untuk level resistance. Selain itu, pelemahan emas ikut mendorong penguatan rupiah terhadap dolar.
Baca Juga
Menurutnya kerusuhan atas kematian George Floyd juga telah mendukung penguatan. Ariston menambahkan hingga sore ini juga tidak terlihat sskalasi ketegangan antara AS dan China sehingga untuk sementara ini belum menjadi sentimen negatif untuk aset berisiko.
“Rupiah masih berpotensi ke Rp14.000 besok,” katanya.
Sementara itu, Direktur TRFX Garuda Berjangka Ibrahim Suabi mengatakan harga emas bakal menguji US$1.650 pada besok. Menurutnya belum ada sentimen positif saat ini yang bisa mengerek naik harga logam mulia itu.
“Minim sekali kemungkinan emas bisa menembus US$1.800, paling tinggi hanya US$1.760. Ini dikarenakan roda ekonomi sudah mulai berjalan dengan new normal jadi ada peluang untuk investasi di aset beresiko,” katanya.
Untuk rupiah, Ibrahim menilai nilai tukar nasional itu berpeluang besar kembali ke level Rp14.000 seiring bertambahnya aliran dana asing yang masuk lewat surat utang. Menurutnya selama Bank Indonesia mempertahankan suku bunga di level 4,5 persen ada kemungkinan rupiah bakal kembali ke level di bawah Rp14.000.
“Kemungkinan kuartal III nanti rupiah akan menguat ke Rp13.700 karena secara fundamental memang kita kuat. Selain itu, kupon bunga yang ditawarkan saat ini juga menjadi yang tertinggi di atas India,” pungkasnya.