Bisnis.com, JAKARTA - PT Chandra Asri Petrochemical Tbk. mencetak rugi tahun berjalan yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk sebesar US$17,83 juta pada kuartal I/2020 atau berbalik dari capaian keuntungan periode yang sama tahun lalu.
Dalam siaran pers Kamis (4/6/2020), Chandra Asri Petrochemical melaporkan pendapatan bersih senilai US$476,83 juta pada kuartal I/2020. Realisasi itu turun 13,7 persen dari US$552,21 juta periode yang sama tahun lalu.
Manajemen emiten berkode saham TPIA itu menjelaskan penurunan penjualan bersih disebabkan oleh harga penjualan rata-rata produk yang lebih rendah terutama untuk olefins dan polyolefins. Padahal, volume penjualan relatif stabil.
Dari sisi beban pokok pendatapan tetap, perseroan mengeluarkan US$493,4 juta per 31 Maret 2020 atau naik dari US$490,3 juta periode yang sama tahun lalu.
Kenaikan itu disebabkan oleh volume bahan baku yang lebih tinggi sebagai akibat dari peningkatan kapasitas produksi dan diimbangi oleh penurunan harga naphtha menjadi rerata US$521 per metrik ton (/MT) dari US$533/MT pada kuartal I/2019.
Penurunan rerata harga naptha mencerminkan harga minyak mentah Brent yang lebih rendah atau terkontraksi dari US$63 per barel pada kuartal I/2019 menjadi US$50 per barel periode kuartal I/2020.
Baca Juga
Dengan demikian, TPIA mencatatkan rugi tahun berjalan yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk senilai US$17,83 juta pada kuartal I/2020. Posisi itu berbalik dari keuntungan US$17,26 juta periode yang sama tahun lalu.
Direktur Chandra Asri Petrochemical Suryandi menjelaskan bahwa sebagian besar kinerja kuartal I/2020 dibentuk oleh lingkungan makro yang menantang, margin petrokimia yang ketat, dan pelemahan permintaan, terutama di pasar domestik China, akibat pandemi Covid-19.
“Kami mencatat pendapatan kuartal I/2020 senilai US$477 juta, EBITDA -US$13,5 juta, dan rugi rersih US$17 juta,” ujarnya melalui siaran pers, Kamis (4/6/2020).
Dia menjelaskan bahwa perseroan berfokus kepada tiga imperatif strategis utama untuk mengelola ketidakpastian yang belum pernah terjadi sebelumnya yakni kelangsungan bisnis, keunggulan operasional, dan ketahanan keuangan.
“Dengan posisi neraca yang kuat dan likuiditas US$880 juta per 31 Maret 2020, termasuk US$624 juta kas dan setara kas, TPIA berada dalam posisi yang baik untuk menghadapi krisis,” jelasnya.
Suryani menyebut volume penjualan tetap stabil karena pabrik tetap berjalan optimal. Hal itu didukung turnaround maintenance tahun ditambah dengan kapasitas tambahan yang mulai beroperasi setelah proyek ekspansi tahun lalu.
“Spread dan prospek petrokimia telah membaik dari kuartal II/2020 dengan penurunan tajam minyak mentah yang terefleksi dari peningkatan marjin 20 persen hingga 30 persen,” imbuhnya.
Dia mengatakan rencana yang jelas telah dijalankan untuk mengubah belanja modal, mengurangi belanja operasional, dan mengoptimalkan modal kerja. Proyek ekspansi yang tengah berlangsung yakni pabrik Metil Tert-Butil Ether atau MTBE dan Butene-1 dijadwalkan selesai pada kuartal III/2020.