Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Bursa Saham Asia Diyakini Bakal Ngegas, Hati-Hati untuk Hong Kong

Performa sebagian besar pasar saham negara-negara maju di Asia diperkirakan akan membaik seiring dengan dimulainya dorongan ekonomi.
Bursa Hong Kong
Bursa Hong Kong

Bisnis.com, JAKARTA – Performa sebagian besar pasar saham negara-negara maju di Asia diperkirakan akan membaik seiring dengan dimulainya dorongan ekonomi.

Jan Moermann, founder dan chief investment officer Quarz Capital Management Ltd., meyakini segala sesuatu akan menjadi lebih baik untuk sebagian besar pasar saham negara-negara maju di Asia.

“Semua negara maju di Asia, terutama Jepang, Singapura, dan Australia, telah mulai merangsang ekonomi mereka secara besar-besaran. Kami memperkirakan potensi pasar-pasar tersebut mengejar ketertinggalannya akan terjadi mendekati akhir tahun ini,” terang Moermann, dikutip dari Bloomberg.

Di tengah tumbuhnya friksi Amerika Serikat-China, bursa saham Asia tampak akan mencatat performa buruk (underperformance) kuartalan terbesarnya sejak 2015 relatif dibandingkan dengan bursa saham global.

Indeks MSCI Asia Pacific, yang melacak pergerakan indeks-indeks saham di kawasan Asia Pasifik, naik 13 persen sejak akhir Maret, dibandingkan dengan kenaikan sebesar 17 persen pada indeks yang melacak bursa saham global.

“Stimulus yang belum pernah terjadi sebelumnya dan dilancarkan dalam waktu singkat oleh bank-bank sentral, ditambah dengan optimisme bahwa pandemi virus corona (Covid-19) dapat ditangani, membuat investor meninjau 12 hingga 18 bulan ke depan,” lanjut Moermann.

Di sisi lain, dia berhati-hati terhadap pasar saham Hong Kong di tengah meningkatnya tensi antara AS dan China menyusul pemberlakukan Undang-Undang Keamanan Nasional untuk wilayah bekas jajahan Inggris itu.

Di Hong Kong sendiri, keputusan untuk memberlakukan Undang-Undang Keamanan Nasional telah menyulut api protes besar-besaran dari penduduk dan membangkitkan kekhawatiran mengenai otonomi dari China.

Protes terhadap cengkeraman China yang mengguncang Hong Kong selama berbulan-bulan pada tahun lalu secara otomatis terhenti ketika kota ini bergulat dengan pandemi virus corona.

Namun, para demonstran tanpa gentar telah beberapa kali melancarkan protes sejak China mengumumkan rencana untuk memberlakukan undang-udang tersebut.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Editor : Hafiyyan
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper