Bisnis.com, JAKARTA - Harga minyak tergelincir di Asia setelah kerusuhan sipil terjadi akhir pekan lalu di Amerika Serikat. Penurunan harga juga tak berselang lama setelah Presiden AS Donald Trump semakin gencar beradu mulut dengan China, meningkatkan keraguan atas prospek pemulihan permintaan minyak
Berdasarkan data Bloomberg, harga minyak berjangka di Bursa New York turun 2,1 persen. Investor tengah menimbang bagaimana demonstrasi di sejumlah kota di AS akan berdampak pada pembukaan kembali ekonomi terbesar di dunia tersebut.
Pasar minyak mungkin akan menemukan sokongan dari rencana OPEC memperpanjang durasi pemangkasan produksi satu hingga tiga bulan. Rencana ini akan dibahas dalam pertemuan pada 4 Juni 2020 mendatang.
Harga minyak telah mencatat kinerja terbaik sekaligus terburuk dalam tahun berjalan. Harga minyak WTI sempat menembus teritori negatif pada akhir April 2020 lalu. Namun, tak berselang lama harga minyak pulih dan bertengger di atas level US$30 per barel.
Berikut perkembangan harga minyak, dilansir dari Bloomberg :
- Harga minyak West Texas Intermediate untuk pengiriman Juli 2020 turun 35 sen menjadi US$35,14 per barel di New York Mercantile Exchange
- Minyak Brent untuk pengiriman Agustus 202 turun 24 sen menjadi US$37,60 per barel di ICE Futures Europe Exchange
Harga minyak mentah melonjak ke rekor 88 persen pada Mei 2020.Harga minyak berjangka AS bahkan naik di atas level US$35 per barel untuk pertama kalinya sejak Maret, didorong oleh pembatasan pasokan besar-besaran oleh produsen di seluruh dunia.
Baca Juga
Namun, harga masih jauh di bawah level pada awal tahun seiring dengan permintaan yang melandai akibat pandemi virus corona (Covid-19).
Sementara itu, jumlah rig pengeboran minyak di AS turun untuk minggu ke -11, membendung banyaknya minyak mentah yang membanjiri pasar. Namun ada risiko kenaikan harga dapat menggoda produsen untuk memutar keran minyak lebih longgar.
Di Asia, saat permintaan minyak CHina naik mendekati masa sebelum pandemi, semakin banyak tanker yang mengangkut minyak mentah ke negara asia dari hampir semua tempat. Jumlah supertanker menuju China Telah melonjak menjadi 127 kapal, level tertinggi setidaknya sejak 2017.