Bisnis.com, JAKARTA – Surutnya aksi profit taking terhadap saham PT Bank Central Asia Tbk. yang diikuti aksi beli oleh investor asing mendorong saham bank swasta terbesar di Indonesia ini merangsek di awal perdagangan hari ini.
Hingga pukul 10.00 WIB atau, 1 jam setelah perdagangan di Bursa Efek Indonesia (BEI) dibuka, saham berkode BBCA itu terpantau menguat 5,94 persen ke level Rp26.300 per saham.
Saham BBCA, terus melanjutkan penguatan hingga mencapai level Rp26.575 per saham pada pukul 10.07 WIB. Dengan demikian, saham bank terafiliasi Group Djarum itu mengalami peguatan sebesar 7,05 persen.
Tren penguatan BBCA ini kontras dengan pergerakan harga sahamnya pada kemarin, Rabu (27/5/2020). Saham BBCA justru menjadi salah satu top laggards terhadap pergerakan IHSG kemarin dengan kontribusi -0,5 poin terhadap IHSG. Hal ini terjadi karena BBCA melemah 0,1 persen pada perdagangan kemarin.
Pendorong penguatan IHSG pada hari ini tak lain merupakan aksi beli bersih yang dilakukan oleh investor asing. Tercatat sekitar investor asing melakukan beli bersih sekitar Rp300,37 miliar.
Sebaliknya, saat investor asing rama-ramai melakukan pembelian BBCA, investor domestik justru tampak melakukan profit taking dengan membukukan penjualan bersih sebesar Rp299 miliar.
Baca Juga
Dari sisi kinerja, BCA membukukan performa cukup mentereng di tengah pandemi Covid-19. Per akhir kuartal I/2020, perseroan masih dapat membukukan pertumbuhan kredit dan dana pihak ketiga (DPK), masing-masing sebesar 12,3 persen dan 16,08 persen.
Di sisi lain, kinerja intermediasi tersebut juga tampak tidak memberikan isu likuiditas terhadap perseroan. Pasalnya, rasio kredit terhadap DPK, atau loan to deposit ratio (LDR) perseroan juga masih kokoh di level 77,6 persen.
Pengelolaan aset tersebut juga tertranslasikan dengan baik terhadap profitabilitas perseroan. Hal ini terlihat dari peningkatan laba bersih perseroan sebesar 17,4 persen secara tahunan menjadi Rp10,1 triliun.
Pertumbuhan laba bersih tersebut ditopang oleh pertumbuhan pendapatan operasional sebesar 17,3 persen. Pendapatan bunga dan pendapatan non bunga mencatatkan pertumbuhan masing-masing 14,1 persen dan 25,5 persen, masing-masing menjadi Rp13,7 triliun dan Rp5,9 triliun.
Head of Equity Trading MNC Sekuritas Medan Frankie Wijoyo Prasetio menjelaskan meski masih banyak ketidakpastian di pasar finansial, saat ini investor memang mulai tertarik dengan valuasi emiten-emiten yang ada di Indonesia.
“Dapat kita lihat Astra International dan emiten perbankan menjadi proxy indeks, menjadi saham-saham yang memimpin kenaikan belakangan ini,” katanya kepada Bisnis, Kamis (28/5/2020).
Sebelumnya, Pengamat Pasar Modal Aria Santoso telah mengatakan pelemahan saham BBCA kemarin memang lebih banyak disebabkan oleh aksi profit taking jangka pendek.
Dia menjelaskan bahwa investor cenderung memilih untuk melepas saham karena adanya kenaikan harga pada hari sebelumnya yang cukup agresif di atas 4 persen dalam satu hari.
Pelemahan yang terjadi dinilai hanya bersifat sementara dan cenderung terbatas. Sehingga, potensi penguatan masih terbuka lebar dalam perdagangan sepanjang pekan ini.
“Bank BCA merupakan Bank swasta terbesar yang dipersepsikan memiliki pengelolaan risiko terbaik sehingga para investor menyukainya walaupun dihargai premium di pasar,” katanya, Rabu (27/5/2020).
Jelang pukul 11.00 WIB, penguatan BBCA sedikit menurun menjadi 5,54 persen. Saham BBCA bertengger di level Rp26.200 per saham. Sementara itu, IHSG tetap kokoh menguat hingga 2 persen ke level 4.732,08.