Bisnis.com, JAKARTA — PT Indo Premier Sekuritas masih mempertahankan rekomendasi “beli” untuk dua emiten media, PT Surya Citra Media Tbk (SCMA) dan PT Media Nusantara Citra Tbk. (MNCN).
Analis Indo Premier Sekuritas Elbert Setiadharma mengatakan meski penjualan iklan SCMA pada kuartal I/2020 tidak sebaik tahun sebelumnya. Namun peningkatan margin laba kotor (gross profit margin/GPM) dapat mengurangi tekanan kinerja perseroan.
Elbert memprediksi GPM perseroan dapat terus meningkat, didorong oleh penghematan biaya dari penghentian produksi konten dan penayangan ulang konten lama. Meskipun di saat yang sama hal ini menurunkan rate card iklan SCMA.
“Ini membuat biaya yang harus dikeluarkan SCMA sangat minim,” tulis Elbert dalam laporan riset yang dikutip Bisnis, Selasa (19/5/2020).
Selain itu, pertumbuhan yang solid dari lini digital dapat menjadi katalis utama kinerja perseroan di kuartal II/2020. Pasalnya, pada kartal I/2020 lalu, SCMA menorehkan peningkatan yang signifikan dalam monthly active user (MAU) dan pelanggan lini digitalnya yakni vidio.com.
Tercatat, per Maret 2020 vidio.com memiliki lebih dari 100 juta MAU, melonjak lebih dari dua kali lipat dibandingkan dengan akhir tahun lalu yang sekitar 50 juta MAU.
Baca Juga
Pelanggan yang membayar (paying subscribers) juga melonjak menjadi sekitar 500 ribu pada akhir Maret 2020 dari 300 ribu pada Februari, sementara waktu menonton rata-rata pada platform tersebut juga meningkat sekitar 50 persen.
“Dengan permintaan berkelanjutan dari fast moving consumer goods [FMCG] dan penghematan biaya, kami percaya bahwa SCMA akan dapat membukukan kinerja yang lebih baik di kuartal mendatang,” ujarnya.
Sementara untuk MNCN, Elbert mengatakan di luar kerugian akibat selisih kurs, pencapaian masih sejalan dengan proyeksinya yang mana pendapatan MNCN di kuartal I/2020 meningkat sekitar 7 persen dan laba intinya naik 12 persen.
MNCN juga diproyeksikan akan meneguk untung dari perubahan perilaku baik penonton maupun pengiklan. Pasalnya, pandemi Covid-19 membuat masyarakat diam di rumah dan lebih banyak menonton televisi.
Di sisi lain, dengan berkurangnya aktivitas masyarakat, para pengiklan akan mengalihkan bujet iklan untuk kegiatan promosi dan iklan luar ruangan ke media seperti free to air televisi (FTA TV) dan layanan digital.
Namun, kondisi saat ini juga menjadi penghalang bagi MNCN untuk meneruskan rencananya menaikkan tarif iklan. Walhasil proyeksi tambahan pendapatan dari kenaikan rate card berpotensi hilang.
“Kenaikan rate card menjadi tidak realistis di saat ini, meskipun MNCN menjadi satu-satunya yang masih memproduksi konter segar,” katanya.
Dengan pertimbangan-pertimbangan tersebut, Elbert masih merekomendasikan “beli” baik untuk SCMA maupun untuk MNCN. Akan tetapi dia memangkas target harga keduanya, yaitu menjadi Rp1.000 untuk SCMA dan Rp1.100 untuk MNCN.