Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Naik Tiga Kali Lipat, Pasokan Global Bond Asal RI Makin Deras

Penerbitan global dari pemerintah dan korporasi Indonesia telah mencapai US$15 miliar hingga pekan kedua Mei 2020
Ilustrasi OBLIGASI. Bisnis/Abdullah Azzam
Ilustrasi OBLIGASI. Bisnis/Abdullah Azzam

Bisnis.com,JAKARTA— Penerbitan obligasi global atau global bond baik oleh pemerintah maupun perusahaan Indonesia diperkirakan masih akan terus bertambah, didorong kebutuhan arus kas dari masing-masing institusi.

Bloomberg melaporkan emisi global bond asal RI mencapai US$15 miliar hingga, Rabu (13/5/2020). Jumlah itu naik tiga kali lipat dari periode yang sama tahun lalu.

Adapun, jumlah itu sudah termasuk penerbitan obligasi global oleh pemerintah senilai US$4,3 miliar pada awal April 2020. Saat itu, Indonesia mengeluarkan tiga seri surat berharga global berdenominasi dolar Amerika Serikat (AS).

Seri pertama yang dikeluarkan yakni RI1030 dengan tenor 10,5 tahun atau jatuh tempo pada 15 Oktober 2030. Dari surat utang itu, Indonesia mengantongi US$1,65 miliar dengan imbal hasil atau imbal hasil di level global 3,9 persen.

Selanjutnya, Indonesia juga menerbitkan seri RI1050 yang memiliki tenor 30,5 tahun atau jatuh tempo pada 2050. Nominal yang diterbitkan senilai US$1,65 miliar dengan imbal hasil 4,25 persen.

Seri ketiga yang dikeluarkan memiliki tenor terpanjang selama 50 tahun. RI0470 akan jatuh tempo pada 15 April 2070 dengan total jumlah pokok US$1 miliar dan imbal hasil 4,5 persen.

Head of Research & Market Information Department Penilai Harga Efek Indonesia (PHEI) Roby Rushandie mengatakan emisi obligasi global RI naik karena didorong penerbitan oleh pemerintah dan badan usaha milik negara (BUMN). Menurutnya, pemerintah masih memungkinkan untuk melakukan emisi obligasi global lagi untuk memenuhi target pandemic bond.

“Kenapa global bond, menurut saya karena basis investornya lebih besar dibandingkan di pasar domestik. Apalagi di tengah kondisi sekarang, investor domestik tidak mau ambil risiko tinggi,” jelasnya kepada Bisnis, Kamis (14/5/2020).

Untuk korporasi, Roby menilai emisi  obligasi global hanya dilakukan untuk perseroan dengan fundamental baik serta memiliki dukungan dari induk usaha besar atau negara. Pasalnya, terdapat risiko selisih kurs bagi emiten.

“Sejauh ini toh lebih ke BUMN besar yang menerbitkan global bond, dan itu mayoritas porsinya untuk refinancing atau bayar utang jatuh tempo utang dalam valuta asing saja,” tuturnya.

Dia menambahkan kupon obligasi global memang lebih rendah dibandingkan dengan obligasi domestik. Namun, emiten harus membayar dalam dolar AS sehingga pembayaran lebih besar ketika nilai tukar rupiah melemah.

Berdasarkan data yang dihimpun Bisnis, sejumlah korporasi masih berencana mengemisi obligasi baik di dalam maupun luar negeri. Salah satunya PT Centratama Telekomunikasi Indonesia Tbk. yang bakal menggalang dana melalui instrumen obligasi global sebanyak-banyaknya US$500 juta untuk refinancing utang dan menambah modal kerja.

Emiten bersandi saham CENT itu akan menerbitkan surat utang global entitas anak, PT Centratama Menara Indonesia. Pencatatan akan dilakukan di Bursa Efek Singapura.

Sebelum CENT, beberapa BUMN telah mengeksekusi penerbitan obligasi global. Teranyar, PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk. merancang program euro medium term notes dengan jumlah pokok sebanyak-banyaknya US$2 Miliar.

Emiten berkode saham BBNI itu melaporkan pembentukan program euro medium term notes (EMTN) dengan jumlah sebanyak-banyaknya US$2 miliar. Surat itu didaftarkan di Singapore Stock Exchange (SGX-XT).

Dengan program itu, BBNI dapat menerbitkan surat utang secara bertahap dengan jumlah pokok sebanyak-banyaknya US$2 miliar. Rencana penawaran dan penerbitan EMTN, termasuk ketentuan nilai pokok, suku bunga, dan tenor surat utang terkait, akan dilakukan kemudian hari dengan memperhatikan kebutuhan dan kondisi pasar global.

Economist PT Pemeringkat Efek Indonesia (Pefindo) Fikri C. Permana menilai penerbitan obligasi global ditempuh untuk memenuhi kebutuhan  arus kas terhadap valuta asing. Hal itu menurutnya berlaku baik pemerintah maupun BUMN.

“Jika tanpa mempertimbangkan risiko kurs, sebenarnya kupon global bond pun lebih kompetitif ditambah juga dengan tenor yang relatif lebih panjang jika dibandingkan dengan obligasi domestik,” jelasnya.

Fikri memprediksi masih banyak emisi obligasi global asal Indonesia yang akan meluncur ke pasar. Namun, permintaan akan lebih dipengaruhi kondisi global dan risiko persepsi investasi terhadap Indonesia.

“Disamping beberapa risiko fundamental domestik khususnya risiko kurs yang akan mempengaruhi,” imbuhnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Editor : Rivki Maulana
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper