Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Harga Emas Tembus US$1.730, Terdorong Data Pengangguran AS

Pada perdagangan Jumat (15/5/2020) pukul 05.31 WIB, harga emas spot menguat 0,06 persen atau 1,09 poin dari level penutupan sebelumnya menuju US$1.731,39 per troy ounce. Sepanjang tahun berjalan harga emas sudah menguat 14,11 persen.
Emas lantakan./ Stefan Wermuth - Bloomberg
Emas lantakan./ Stefan Wermuth - Bloomberg

Bisnis.com, JAKARTA – Harga emas berhasil menguat menembus level US$1.730 per troy ounce seiring dengan tingginya tingkat pengangguran di Amerika Serikat yang mengindikasikan pelemahan perekonomian.

Pada perdagangan Jumat (15/5/2020) pukul 05.31 WIB, harga emas spot menguat 0,06 persen atau 1,09 poin dari level penutupan sebelumnya menuju US$1.731,39 per troy ounce. Sepanjang tahun berjalan harga emas sudah menguat 14,11 persen.

Sementara itu, indeks dolar AS berhasil rebound tipis pagi ini. Indeks yang mengukur dolar terhadap sejumlah mata uang utama itu naik 0,05 persen menuju 100,296.

Harga emas meningkat setelah rilis data jutaan warga Amerika yang terus mengajukan tunjangan pengangguran untuk pekan ke-8 berturut-turut di tengah hantaman pandemi virus corona (Covid-19) terhadap perekonomian.

Menurut data Departemen Tenaga Kerja Amerika Serikat (AS) yang dirilis Kamis (14/5/2020), klaim pengangguran awal mencapai 2,98 juta orang untuk pekan yang berakhir pada 9 Mei, sedikit lebih rendah dari pekan sebelumnya yang mencapai 3,18 juta orang.

Meski laju pengajuan telah mereda selama enam pekan berturut-turut, jumlah klaim gagal menurun sebanyak yang diproyeksikan oleh para ekonom, dengan estimasi median sebanyak 2,5 juta orang.

Dengan rilis data mingguan ini, terdapat total 36,5 juta aplikasi untuk jaminan pengangguran telah diajukan sejak wabah corona mulai mematikan aktivitas bisnis pada pertengahan Maret 2020.

Sementara itu, klaim berkelanjutan - yaitu jumlah total warga Amerika yang sudah menerima tunjangan pengangguran - meningkat ke rekor jumlah 22,8 juta pada pekan yang berakhir 2 Mei. Ini membuat tingkat pengangguran yang diasuransikan menjadi 15,7 persen untuk periode tersebut.

Data klaim pengangguran yang lebih buruk dari perkiraan menggarisbawahi dampak buruk virus corona yang sedang berlangsung ketika banyak restoran dan peritel tetap tutup dan penduduk yang merasa khawatir memilih tetap tinggal di dalam rumah.

Pada Rabu (13/5/2020), Gubernur Federal Reserve Jerome Powell menguraikan skenario ekonomi lebih mengkhawatirkan yang ditimbulkan oleh kemungkinan kebangkrutan massal dan pengangguran.

“Rangkaian pengangguran yang panjang dapat merusak ataupun mengakhiri karier pekerja karena keterampilan mereka kehilangan nilai dan jaringan profesional mengering, serta membuat keluarga terjerat dalam utang yang lebih besar,” tutur Powell dalam sebuah acara virtual yang diselenggarakan oleh Peterson Institute for International Economics.

Meski masih di level yang belum pernah terjadi sebelumnya, klaim mingguan telah melambat setelah mencapai 6,9 juta pada akhir Maret.

Powell juga mengatakan pada Rabu bahwa tingkat pengangguran kemungkinan akan mencapai puncaknya dalam satu atau dua bulan, tetapi akan membutuhkan waktu untuk menurun karena bisnis dibuka kembali secara perlahan dan ada bekas luka permanen dalam perekonomian.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Hafiyyan
Editor : Rivki Maulana
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper