Bisnis.com, JAKARTA — Perilaku investor yang memperpanjang horison investasi menjadi jangka panjang di tengah volatilitas pasar dinilai menjadi penyebab penurunan transaksi broker sepanjang April 2020.
Dalam empat bulan 2020, transaksi saham memang tertekan karena ditimpa sentimen negatif, mulai dari kasus-kasus yang menimpa industri reksa dana hingga sentimen penyebaran virus corona (Covid-19).
Berdasarkan data Bloomberg, total transaksi perdagangan efek atau gross value pada April 2020 turun 13,54 persen secara bulanan menjadi Rp287,12 triliun. Secara tahunan, transaksi broker bahkan susut hingga 37,63 persen.
Associate Director of Research and Investment Pilarmas Sekuritas Maximilianus Nico Demus melihat kini investor cenderung memperpanjang horison investasinya ke jangka panjang lantaran tingkat volatilitas dan sensitivitas untuk transaksi jangka pendek masih tinggi. Hal itu pun menjadi salah satu penyebab berkurangnya volume transaksi saham pada bulan lalu.
“Untuk bisa mengurangi tingkat volatilitas, orang akan memperpanjang horison investasinya. buy and hold untuk jangka panjang,” jelas Nico kepada Bisnis, Senin (4/5/2020).
Dirinya melanjutkan di tengah situasi yang penuh ketidakpastian saat ini memang masih ada investor yang melakukan aktivitas trading atau jual-beli untuk jangka pendek.
Baca Juga
Namun, sedikitnya jumlah investor yang memilih untuk trading membuat kinerja pasar saham tetap tak bisa secemerlang sebelumnya.
Adapun, indeks harga saham gabungan (IHSG) terpantau masih bergerak di kisaran 4.200—4.750 di sepanjang tahun ini atau belum mampu menembus level 5.000 seperti tahun lalu.
“Saat ini kan kalau [IHSG] dikatakan naik, kita tidak bisa katakan naik. Kalau ditarik mundur sejak Januari sampai sekarang indeks kan tidak kemana-mana,” imbuh Nico.
Nico pun memperkirakan transaksi broker pada Mei masih tak akan jauh berbeda. Sentimen negatif dari pandemi virus corona dikombinasikan dengan probabilitas terjadinya Sell in May and Go Away masih akan memberatkan langkah transaksi saham di Indonesia.
Per 4 Mei 2020, investor asing tercatat melakukan jual bersih atau net sell senilai Rp19,28 triliun sejak awal tahun.
Dari dalam negeri, lanjut Nico, kepercayaan investor masih diuji dengan terjadinya polemik di industri reksa dana pada akhir 2019. Menurutnya, praktik seperti jual-beli “saham gorengan” akan mempersulit edukasi kepada masyarakat untuk mau masuk ke pasar modal.
“Dampaknya kan sebetulnya lebih ke kepercayaan pasar. Apa yang kita lakukan mulai dari edukasi itu tidak dalam sehari jadi nasabah. Belum ada kasus aja, setengah mati upayanya,” tutur Nico.