Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Hutama Karya Sebut Krisis Akibat Covid-19 Lebih Berat dari Krisis Asia 1998

Direktur Utama Hutama Karya Bintang Perbowo menyatakan bahwa untuk tahun ini perseroan diberi target untuk mencatatkan pertumbuhan pendapatan dan laba masing-masing 20 persen. Namun, menurutnya mencapai target itu tidak akan mudah karena adanya pandemi Covid-19.
Direktur Utama PT Hutama Karya Bintang Perbowo (kanan) didampingi Direktur Suroto memberikan penjelasan mengenai kinerja perusahaan saat berkunjung ke kantor Bisnis Indonesia, di Jakarta, Kamis (1/11/2018)./JIBI-Dedi Gunawan
Direktur Utama PT Hutama Karya Bintang Perbowo (kanan) didampingi Direktur Suroto memberikan penjelasan mengenai kinerja perusahaan saat berkunjung ke kantor Bisnis Indonesia, di Jakarta, Kamis (1/11/2018)./JIBI-Dedi Gunawan

Bisnis.com, JAKARTA – PT Hutama Karya (Persero) Tbk. menyebut pukulan terhadap ekonomi akibat pandemi Covid-19 saat ini menimbulkan krisis yang lebih berat dari krisis Asia 1998.

Direktur Utama Hutama Karya Bintang Perbowo menyatakan bahwa untuk tahun ini perseroan diberi target untuk mencatatkan pertumbuhan pendapatan dan laba masing-masing 20 persen. Namun, menurutnya mencapai target itu tidak akan mudah karena adanya pandemi Covid-19.

“Semua ini kami akan tetap hati-hati dengan adanya krisis ini, yang kami melihatnya lebih besar dari krisis 1998, karena dulu permintaan tetap ada, suplainya berimbang, tapi kalau sekarang seperti ini lah yang kita tahu sama-sama,” jelasnya, Selasa (5/5/2020).

Dia menjelaskan saat ini memang banyak terjadi penundaan pengerjaan proyek. Meski begitu, perseroan tetap berupaya untuk menyelesaikan proyek sesuai dengan tenggat waktu yang ditetapkan.

Tahun ini perseroan menargetkan nilai kontrak baru dapat tumbuh sekitar 80 persen terhadap perolehan pada tahun lalu. Sementara itu, target earnings before interest, tax, depreciation, and amortization (EBITDA) diharapkan tumbuh 40-an persen.

Tahun ini juga perseroan berencana menggelontorkan belanja modal sebesar Rp24 triliun. Kebutuhan belanja modal tersbesar adalah untuk penyelesaian proyek Jalan Tol Trans Sumatra (JTTS).

Hutama Karya baru saja mendapatkan suntikan dana dari penerbitan global bond senilai US$600 juta atau setara sekitar Rp9 triliun. Dalam jangka panjang perseroan masih akan mencari sumber pendanaan lain untuk memenuhi kebutuhan belanja modal.

Menurutnya, untuk JTTS saja, diperlukan belanja modal sekitar Rp280 triliun. Jalan tol sepanjang 2.765 km itu memiliki ruas-ruas dengan tingkat kerumitan dan biaya investasi yang berbeda.

Dalam waktu dekat, menurutnya ruas jalan Tol Pekan Baru-Dumai akan segera selesai. Ruas jalan tol sepanjang 131 km itu diperkirakan dapat beroperasi mulai 15 Mei 2020, meski peresmiannya diperkirakan akan tertunda karena ada kebijakan pembatasan sosial.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Editor : Hafiyyan
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper