Bisnis.com, JAKARTA - Kinerja emiten pertambangan batu bara PT Bayan Resources Tbk. pada kuartal I/2020 tidak secemerlang periode yang sama tahun sebelumnya.
Berdasarkan laporan keuangan per Maret 2020, perseroan milik konglomerat Dato Low Tuck Kwong itu hanya mencatatkan pendapatan sebesar US$326,28 juta pada kuartal I/2020. Nilai itu turun 10,71 persen year on year (yoy) dari US$365,41 juta pada kuartal I/2019.
Adapun, pendapatan tersebut terdiri atas pendapatan dari segmen batu bara sebesar US$324,37 juta yang menurun 10,06 persen yoy dari sebelumnya US$360,67 juta. Mayoritas penjualan untuk pasar ekspor senilai US$289,52 juta, yang menurun 17,33 persen yoy dari kuartal I/2019 senilai US$350,22 juta.
Selain itu, beban pokok pendapatan naik menjadi US$235,95 juta dari sebelumnya US$211,96 juta. Alhasil, laba kotor perseroan juga ikut turun menjadi hanya US$90,33 juta dibandingkan posisi per Maret 2019 sebesar US$153,45 juta.
Perseroan juga mencatatkan beban perubahan nilai wajar lindung arus kas sebesar US$119,17 juta pada kuartal I/2020. Padahal, pada kuartal I/2019 pos tersebut mencatatkan pemasukan US$28,92 juta.
Dengan demikian, perseroan mencatatkan laba tahun berjalan yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk sebesar US$35,54 juta, merosot 57,8 persen dari raihan kuartal I/2019 US$84,23 juta.
Baca Juga
Kas yang digunakan untuk investasi pada kuartal I/2020 sebesar US$20,98 juta, meningkat dari sebelumnya US$14,69 juta. Total kas dan setara kas pada akhir periode pun mencapai US$261,74 juta, turun dari posisi per Maret 2019 senilai US$304,78 juta.
Sementara itu, jumlah liabilitas per Maret 2020 mencapai US$791,78 juta, meningkat dari akhir 2019 sebesar US$658,96 juta. Liabilitas jangka pendek sejumlah US$269,19 juta, sedangkan liabilitas jangka panjang US$522,59 juta.
Ekuitas Bayan menurun menuju US$566,16 juta dari akhir tahun lalu US$619,08 juta. Total aset masih meningkat per Maret 2020 menjadi US$1,36 miliar dari sebelumnya US$1,28 miliar.
RENCANA 2020
Bayan Resources mengantongi kontrak penjualan batu bara setara 73 persen – 79 persen dari target produksi 2020.
Mengutip dari laporan perusahaan pada Kamis (19/3/2020)., BYAN menargetkan produksi batu bara tahun ini sebesar 31 juta hingga 33 juta metrik ton, lebih tinggi 3 persen dari realisasi pada 2019 sebesar 32 juta ton. Tambang Wahana masih menjadi kontributor terbesar dari total produksi tahun lalu.
Untuk penjualan, tahun ini perseroan menargetkan sebanyak 35 juta hingga 38 juta ton batu bara terjual, naik 31 persen dari realisasi sebesar 29 juta ton pada 2019. Pada tahun lalu, penjualan terbesar berasal dari India, Filipina, Malaysia, dan Korea.
Per Februari 2020, perseroan telah mengantongi kontrak penjualan sekitar 27,7 juta ton dengan rata-rata kalori sebesar 4.640 kcal per kilogram. Kontrak tersebut pun sudah setara 73 persen – 79 persen dari target total penjualan pada 2020.
Data Panduan Produksi Bayan Resources
Sumber: Bayan Resources
BYAN memproyeksi average selling price (ASP) berada di kisaran US$40 hingga US$42 per ton, sesuai dengan proyeksi harga batu bara acuan di bursa Newcastle berada di kisaran US$72,5 per ton pada tahun ini.
Adapun, rata-rata cash cost production perseroan pada tahun ini berada di kisaran US$30 hingga US$32 per ton, sedikit lebih rendah dari 2019 karena rendahnya stripping ratio dan logistik, biaya DMO yang lebih rendah, dan diimbangi dengan proyeksi harga bahan bakar yang lebih tinggi.
BYAN pun percaya diri dengan ongkos per unit yang rendah tersebut volume penjualan akan tetap lebih tinggi pada 2020.
Perusahaan mengalokasikan belanja modal atau capital expenditure (capex) pada 2020 berada di kisaran US$90 juta hingga US$110 juta.
BYAN mengalokasikan sebagian besar dari total capex tersebut untuk digunakan pembangunan infrastruktur dan bangunan, termasuk pembangunan konstruksi dari jalur angkutan batu bara sepanjang 100 kilo meter ke fasilitas tambang Mahakam dan pelabuhan.
“Sekitar kurang dari 50 persen dari total capex yang disiapkan akan digunakan untuk memulai pembangunan jalur angkutan itu,” tulis Manajemen Bayan Resources seperti dikutip dari laporannya, Kamis (19/3/2020).
Sementara itu, sisa capex akan digunakan untuk peralatan dan mesin, mesin transportasi, peralatan kantor, dan lain-lain.
Adapun, proyek utama BYAN pada tahun ini adalah finalisasi impor dermaga BCT dan peningkatan persediaan tahap IV, Pengaspalan dan perluasan jalur angkutan batu bara Senyiur, konstruksi kolam pengendapan dan lumpur di Tabang, serta berbagai penggantian peralatan batu bara.
Di sisi lain, perseroan menargetkan pendapatan tahun ini berada di kisaran US$1,4 miliar hingga US$1,6 miliar dengan EBITDA diperkirakan berada di kisaran US$320 miliar hingga US$350 miliar.
Menurut Forbes, Dato Low Tuck Kwong yang menjadi pendiri dan memegang 53,86 persen saham BYAN, menjadi orang terkaya nomor 28 di Indonesia pada 2019. Total kekayaan bersihnya mencapai US$1,17 miliar.
Kendati kekayaannnya masih kalah dibandingkan Bos Grup Adaro Garibaldi ‘Boy’ Thohir yang menempati peringkat 17 dengan nilai US$1,6 miliar, kapitalisasi pasar BYAN mampu melewati PT Adaro Energy Tbk. (ADRO).
Hingga Kamis (30/4/2020), kapitalisasi pasar Bayan Resources mencapai Rp48,33 triliun, atau terbesar di antara emiten batu bara lainnya. Sahamnya bercokol di level Rp14.200, terkoreksi 8,81 persen sepanjang 2020.