Bisnis.com, JAKARTA — PT Indonesian Tobacco Tbk. membukukan rugi tahun berjalan Rp7 miliar pada 2019.
Berdasarkan laporan keuangan yang dipublikasikan, Kamis (30/4/2020), emiten berkode saham ITIC itu membukukan pendapatan Rp166,56 miliar pada 2019. Realisasi itu tumbuh 23,87 persen dibandingkan dengan Rp134,51 miliar pada 2018.
Kendati demikian, beban pokok penjualan perseroan juga naik dua digit. Tercatat, beban pokok penjualan naik 27,57 persen secara year on year (yoy) menjadi Rp122,57 miliar.
Pada 2019, ITIC membukukan rugi penjualan aset tetap Rp27,68 juta setelah pos itu kosong tahun sebelumnya. Selisih kurs juga membengkak dari Rp696.540 menjadi Rp9,26 juta.
Kenaikan signifikan sebesar 49,05 persen secara yoy juga terjadi untuk beban keuangan perseroan pada 2019. Pasalnya, beban keuangan naik dari Rp13,21 miliar menjadi Rp19,69 miliar.
Sementara itu, perseroan juga memiliki denda pajak Rp11,84 miliar pada 2019. Tahun sebelumnya, perseroan tercatat tidak memiliki pengeluaran pada pos tersebut.
Baca Juga
Dengan demikian, perseroan membukukan rugi tahun berjalan Rp7 miliar pada 2019. Pencapaian itu berbanding terbalik dari laba tahun berjalan senilai Rp8,24 miliar periode 2018.
Berdasarkan catatan Bisnis, ITIC resmi melantai di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada 4 Juli 2019. Perseroan melepas 274,06 juta saham atau 29,13 persen dari modal ditempatkan dan disetor penuh setelah penawaran umum perdana dengan harga pelaksanaan Rp219 per saham.
ITIC bergerak di sektor manufaktur dengan berfokus kepada pengolahan daun tembaku. Produk jadi yang dihasilkan berupa tembakau iris dalam kemasan atau dalam istilah internasional disebut roll your own tobacco product.