Bisnis.com, JAKARTA – Saham emiten minuman PT Multi Bintang Indonesia Tbk. (MLBI) merosot seiring dengan pelemahan kinerja keuangan pada kuartal I/2020.
Pada perdagangan Selasa (28/4/2020) pukul 14.05 WIB, saham MLBI terkoreksi 2,05 persen atau 225 poin menjadi Rp10.750. Sepanjang perdagangan harga bergerak di rentang Rp10.750 - Rp11.000.
Kapitalisasi pasarnya mencapai Rp22,65 triliun dengan price to earning ratio (PER) 40,41 kali. Sepanjang tahun berjalan, saham produsen Bir Bintang ini melorot 30,65 persen.
MLBI mencatatkan kinerja yang kurang memuaskan selama periode tiga bulan pertama tahun 2020.
Berdasarkan laporan keuangan konsolidasiannya per 31 Maret 2020, di laman keterbukaan informasi Bursa Efek Indonesia (BEI), Senin (27/4/2020), perseroan mencatatkan penurunan laba bersih mencapai 41,58 persen, dari posisi Rp239,5 miliar menjadi Rp139,92 miliar.
Alhasil, perseroan hanya akan membagikan laba per saham atau earning per share pada periode tersebut sebesar Rp66 per saham, merosot dibandingkan tahun sebelumnya sebesar Rp114 per saham.
Baca Juga
Penurunan juga terjadi di sisi penjualan bersih dimana perseroan membukukan omzet sebesar Rp627,35 miliar, melorot 17,64 persen dibanding periode sebelumnya yang mencapai Rp761,76 miliar.
Penjualan untuk segmen alkohol sendiri masih menjadi penopang bisnis perseroan dimana 84,27 persen omzet berasal dari penjualan minuman beralkohol diikuti dengan pendapatan dari segmen non alkohol yang hanya berkontribusi sebesar 15,73 persen dari total pendapatan.
Secara geografis, penjualan lokal kepada pihak ketiga masih sangat mendominasi penjualan Multi Bintang sebesar 99,24 persen dari total pendapatan, dibanding penjualan ekspor pihak berelasi dan pihak ketiga yang masing-masing hanya menyumbang 0,54 persen dan 0,22 persen dari total penjualan.
Meski begitu, produsen Bir Bintang tersebut sudah berusaha menekan komponen beban diantaranya; beban pokok penjualan hingga 10,55 persen menjadi Rp247,11 miiliar, beban penjualan menjadi 5,14 persen menjadi Rp117,2 miliar serta beban umum dan administrasi sebesar 7,03 persen menjadi Rp45,67 miliar.
Namun, perseroan tidak bisa mengelak dari kerugian penurunan nilai pada piutang usaha yang muncul pada kuartal I tahun ini sebesar Rp37,9 miliar.
Pada periode tiga bulan pertama tahun 2020, terjadi lonjakan pos liabilitas mencapai 59,57 persen menjadi Rp2,79 triliun dibandingkan jumlah liabilitas pada akhir tahun 2019 sebesar Rp1,75 triliun.
Dikutip dari surat yang ditandatangani oleh Accounting and Reporting Manager Bernard Iskandar hal tersebut terjadi dikarenakan perseroan mengambil pinjaman bank jangka pendek sebesar Rp1 triliun.
Hal itu sekaligus membuat penambahan akun kas secara signifikan dan jumlah aset perseroan yang juga ikut naik 40,79 persen ke posisi Rp4,08 triliun.
Di sisi lain, pos ekuitas perseroan pun merangkak naik 12,10 persen menjadi Rp1,28 triliun dibandingkan dengan akhir tahun 2019 sebesar Rp1,15 triliun.
Perseroan juga mencatatkan kenaikan kas dan setara kas akhir periode Maret 2020 yang menanjak 119,15 persen menjadi Rp1,53 triliun dibandingkan posisi tahun 2019 sebesar Rp698,18 miliar.