Bisnis.com, JAKARTA — Lembaga pemeringkat Standard & Poor's Rating Global menegaskan peringkat ‘BBB’ dan prospek atau outlook stabil untuk PT Profesional Telekomunikasi Indonesia (Protelindo).
Dalam publikasi terbaru Standard & Poor's Rating Global, Protelindo menjadi salah satu dari dua perusahaan yang berhasil mempertahankan peringkat ‘BBB’ dan outlook stabil di tengah tekanan pasar saat ini.
S&P menyebut anak usaha PT Sarana Menara Nusantara Tbk. (TOWR) itu memiliki fleksibilitas finansial untuk bertahan dari kontraksi pasar selama beberapa periode.
Hal didukung oleh arus kas yang stabil, leverage yang moderat, jatuh tempo utang terbatas dalam dua tahun ke depan, serta sifat diskresi dari pengeluaran modal dan pembayaran dividen memberikan perseroan
“Perseroan juga masih memiliki likuiditas yang cukup untuk memenuhi semua kewajibannya secara tepat waktu,” tulis S&P laporannya.
Presiden Direktur TOWR Aming Santoso mengaku senang dengan tinjauan terakhir dari S&P tersebut. Menurutnya, hasil pemeringkatan tersebut memungkinkan mereka untuk memitigasi risiko dan mengakses sumber modal terbaik untuk pemegang saham perusahaan.
“Tetap mempertahankan peringkat investasi memang menjadi salah satu tujuan kami,” ujarnya dalam keterangan resmi perusahaan yang dikutip Bisnis, Senin (27/4/2020).
Untuk terus mempertahankan peringkat, ujar Aming, pihaknya akan terus mempertahankan disiplin biaya serta fokus pada model bisnis yang solid berdasarkan kontrak jangka panjang untuk menyediakan penyedia infrastruktur vital bagi industri telekomunikasi strategis.
TOWR sendiri membukukan kinerja positif sepanjang 2019 lalu. Hampir seluruh pos termasuk pendapatan, laba, dan aset perseroan kompak naik.
Berdasarkan laporan keuangan perseroan yang dikutip dari Keterbukaan Informasi Bursa Efek Indonesia (BEI), sepanjang 2019 pendapatan TOWR tumbuh 9,99 persen, dari yang semula Rp5,86 triliun menjadi Rp6,45 triliun.
Pendapatan ini utamanya berasal dari segmen bisnis sewa menara yakni sebesar Rp5,58 triliun, sedangkan sisanya yakni Rp871,54 miliar berasal dari segmen jasa lain.
Kenaikan juga terlihat pada laba penghasilan yang dapat diatribusikan kepada entitas induk nonpengendali yang mencapai Rp2,34 triliun per akhir 2019, naik 6,45 persen dibandingkan tahun sebelumnya yang sebesar Rp2,20 triliun.
Kenaikan aset sebesar Rp4,70 triliun merupakan hasil dari akuisisi yang dilakukan perusahaan sepanjang 2019, antara lain akuisisi 1.000 menara Indosat, konsorsium Iforte HTS dan Istana Kohinor.