Bisnis.com,JAKARTA — Chevron Corp. akan dipaksa untuk secara efektif menghentikan operasinya di Venezuela.
Dilansir dari Bloomberg, Rabu (24/4/2020), Departemen Keuangan Amerika Serikat (AS) tidak akan mengizinkan lagi Chevron untuk mengebor sumur, menjual dan membeli minyak mentah dan produk minyak atau mengangkut mereka menurut the Office of Foreign Assets Control.
Kendati demikian, Chevron berwenang memastikan integritas operasi dan aset di Venezuela hingga 1 Desember 2020. Kebijakan itu juga berdampak kepada empat penyedia jasa layanan ladang minyak AS yakni Halliburton Co., Schlumberger Ltd., Baker Hughes Co., dan Weatherford International Plc.
Pemerintahan Presiden AS Donald Trump kembali meningkatkan tekanan kepada rezim Presiden Venezuela Nicolas Maduro setelah negara itu mengalami kemunduran akibat Covid-19 dan harga minyak yang menyentuh level terendah.
Keputusan itu nampak sejalan dengan kubu anti Maduro yang tetap ingin mempertahankan kehadiran AS di industri minyak Venezuela.
Bloomberg mencatat Venezuela hanya menyumbang 1 persen dari produksi minyak mentah global Chevron. Namun, jumlah itu tetap strategis mengingat cadangan negara yang sangat besar belum dimanfaatkan.
Penarikan Chevron dari Venezuela disentuh akan menyerahkan pangsa pasar kepada perusahaan Rusia dan China. Adapun, produksi di usaha patungan Chevron dan PDVSA Petropiar turun 58 persen pada pertengahan Maret 2020 menjadi 50.000 barel per hari dari 120.000 pada Januari 2020.
Chevron menjadi perusahaan eksplorasi AS utama yang tersisa di Venezuela. Pesaingnya, Exxon Mobil Corp. dan ConocoPhillips keluar satu dekade lalu setelah Presiden Hugo Chavez mengambil alih kendali atas aset mereka.