Bisnis.com, JAKARTA – PT Kawasan Industri Jababeka Tbk. meyakini tahun ini tidak ada lagi overhaul pada pembangkit listrik perseroan sebagaimana terjadi pada tahun lalu. Pendapatan dari listrik merupakan salah satu kontributor penting bagi Jababeka.
Pada 2019, pendapatan listrik melalui entitas anak usaha PT Bekasi Power turun 23,4 persen dari posisi Rp1,10 triliun menjadi Rp831,77 miliar. Hal ini turut mempengaruhi pendapatan Jababeka secara konsolidasi yang mana tuun 16,89 persen.
Sekretaris Perusahaan Kawasan Industri Jababeka Muljadi Suganda mengatakan salah satu faktor penurunan pendapatan listrik adalah overhaul atau perbaikan pada infrastruktur pembangkit.
“Pendapatan listrik berkurang karena jangka waktu reserve shutdown di tahun 2019 berlangsung lebih lama dibandingkan dengan tahun 2018 dan pada tahun 2019 juga terjadi major overhaul selama 4 minggu yang mana pada tahun 2018 tidak ada major overhaul,” katanya kepada Bisnis, Rabu (22/4).
Muljadi menjamin tahun ini tidak akan terjadi lagi overhaul. Akan tetapi, emiten berkode saham KIJA itu belum dapat memprediksi faktor status reserve shutdown (RS) dari PLN. Faktor RS ini, lanjutnya, juga bisa mempengaruhi total pendapatan listrik KIJA.
Selain itu, Muljadi menambahkan untuk penjualan tanah kantor dan apartemen berkurang disebabkan oleh kondisi pasar yang terjadi selama 2018. Menurutnya hal itu juga mempengaruhi pengakuan penjualan secara akuntansi pada 2019 terutama untuk penjualan untuk ruko & perkantoran serta standard factory building.
Baca Juga
Pada 2019, perseroan membukukan pendapatan Rp2,25 triliun sedangkan tahun sebelumnya Rp2,71 triliun. Segmen penjualan tanah membukukan Rp422,59 miliar, turun dari tahun sebelumnya RpRp455,72 miliar.
Adapun penjualan apartemen meningkat pesat dari Rp45,01 miliar pada 2018 menjadi Rp157,98 miliar pada 2019. Sementar itu, pendapatan ruang kantor, rumah dan toko turun dari posisi Rp320,91 miliar menjadi Rp113,22 miliar.
Kendati pendapatan menurun, KIJA masih dapat membukukan laba bersih sebesar Rp118,80 miliar berkat selisih kurs. Muljadi mengatakan penguatan rupiah terhadap dolar AS pada akhir tahun 2019 yang ditutup dengan kurs Rp13.901 dibandingkan dengan tahun sebelumnya Rp 14.481 telah memberikan keuntungan tahun lalu.
KIJA mencatatkan laba bersih sebesar Rp118,80 miliar, naik 189,97 persen dibandingkan tahun sebelumnya Rp40,97 miliar. Dengan begitu, laba bersih per saham yang diatribusikan juga naik dari posisi Rp1,97 menjadi Rp5,71.